Wednesday, July 25, 2007

Children's Sociality : Anti Pengasuh

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear All,
Setelah satu minggu, akhirnya saya bisa meluangkan waktu untuk meng-upload postingan baru masih berkutat di Children’s Sociality …he..he…sekali-kali ber-Inggris ria. Semua masih berkutat pada balita… maklum.. inspirasi saya berasal dari Nadia.. anak semata wayang kami yang banyak memberikan ide secara tidak langsung dari semua kegiatannya sehari-hari

Anti Pengasuh
Nadia pernah mengalami hal tersebut. Di saat-saat tertentu, dia benar-benar tidak mau diajak pengasuhnya, terutama pada hari Minggu. Memang pada hari tersebut dia tahu bahwa kedua orang tuanya libur. Mungkin sebagai kompensasi satu minggu ditinggal bekerja pada siang harinya, dia membutuhkan waktu 1 hari tersebut. Setelah kami amati, ternyata banyak juga terjadi pada anak-anak lain di lingkungan kami yang umumnya diakibatkan oleh :

Meminta perhatian orang tua
Seperti yang telah saya ulas di atas, perasaan anti pengasuh tersebut merupakan pelampiasan diri untuk meminta perhatian orang tua. Jangan pernah berpikir bahwa balita tidak mempunyai perasaan yang sama dengan kita.
Solusi : sisihkan waktu luang untuk putra-putri kita seperti yang diinginkannya, sehingga terjalin komunikasi antar orang tua dan anak

Belajar Mandiri
Terkadang di saat usia dini, balita bisa saja melakukan hal-hal yang belum waktunya. Misalnya memilih sepatu. Nah, seandainya dia anti pengasuh, mungkin hal ini disebabkan oleh perkembangan sosial dengan lingkungannya. Dia mungkin ingin mandiri, tanpa bantuan pengasuh untuk melakukan hal-hal baru. Tahap perkembangan ini sering disebut tahap initiative versus guilt (ini menurut teori perkembangan psikososial Erikson). Jangan khawatir saat dia mulai belajar mandiri. Biarkan dia bereksplorasi dengan imajinya, karena hal tersebut akan membuatnya percaya diri. Nah efek yang ditimbulkan adalah rasa anti pengasuh ini, karena dia merasa bisa. Terkadang juga disertai emosi yang meledak-ledak.
Solusi : Kita ajarkan sedikit demi sedikit mengontrol emosi pada balita kita. Tunjukkan cara berinteraksi dengan orang lain tanpa mendahulukan emosi. Ini yang terpenting untuk membentuk karakter anak kita. Pupuklah kepercayaan diri apada anak kita

Meniru
Mungkin juga perasaan anti pengasuhnya adalah meniru sesuatu yang pernah dilihatnya, terutama dari TV (baca lagi postingan sebelumnya Sang Monster dan si Kecil). Pengasuh kita mungkin sering meluangkan waktunya untuk mengasuh sambil menonton sinetron di TV. Nah, salah satu pengaruhnya mungkin saja dia meniru adegan di TV tersebut. Yang dikhawatirkan jika rasa anti pengasuhnya disebabkan kebiasaan meniru ini. Bukannya saya apriori dengan sinetron sekarang, tapi hampir 70% mengeksplorasi emosi yang berlebihan, dari mulai mengumpat, berperilaku jahat, judes, mau menang sendiri dsb
Solusi : Baca kembali postingan Monster dan si Kecil tsb. Kita juga wajib memberikan contoh-contoh yang baik yang bisa ditiru untuk berinteraksi dengan sosial.

Anti karena sifat pengasuh
Seperti kita ketahui bahwa manusia mempunyai watak yang berbeda-beda, demikian juga pengasuh anak kita. Mungkin saja ada pengasuh yang tidak sabaran, mudah emosi dan mudah berkata kasar. Nah akibat yang jelas pastilah dia akan anti dengan pengasuhnya karena di saat dia membutuhkan perhatian, malah mendapatkan perlakuan kasar. Akibat yang lebih parah adalah jika anak kita juga meniru kata-kata yang diucapkan pengasuhnya tersebut. Ini yang perlu kita waspadai.
Solusi : Ajak pengasuh kita berbicara dengan suasana santai. Buatlah kesepakatan dengan dia tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan sebaliknya. Terangkan tentang psikologi anak dengan bahasa yang mudah dipahaminya. Bahwa mengasuh anak tidak boleh dengan kekerasan. Jika masih dilakukan oleh pengasuh, berikan tindakan tegas yang mungkin membuatnya jera… jika tidak, cari lagi pengasuh yang lain yang bisa berinteraksi dengan anak sesuai dengan keinginan kita.

Tumbuhkan kepercayaan diri anak
Jika anak sudah mencapai fase anti pengasuh tersebut, tugas kita adalah menumbuhkan kepercayaan dirinya. Meskipun kita mampu mandiri, namun semua tidak terlepas hubungan korelasi kita dengan lingkungan. Baca lagi postingan ini. Kita adalah makhluk sosial yang harus mau berhubungan dengan orang lain. Bagi anak kita, pasti dengan pengasuhnya. Tumbuhkan kepercayaannya akan peran pengasuh dan buat bahwa di bawah pengawasan pengasuh, si kecil akan aman… ini pun dengan syarat kita sudah mengetahui karakter pengasuh tersebut.

Demikian dulu postingan saya yang agak panjang lebar, semoga bermanfaat adanya.

Wassalam….

Source : Nakita

Thursday, July 19, 2007

Membimbing anak dalam korelasi dengan lingkungan

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear All,
Lama tidak membuat postingan yang baru sepertinya ada yang kurang … Mohon maaf bagi para sahabat yang berkunjung namun tidak mendapatkan hal-hal yang baru di sini. Disebabkan oleh kesibukan kami tuk mencari sesuap nasi ..walah bombastis .. sehingga sedikit banyak mengurangi kegiatan saya untuk mengarungi dunia maya…Untuk kali ini akan saya kemukakan suatu hal yang bisa menjadi patokan bagi kita semua, akan menjadi apa nantinya buah hati kita…
Kita tahu bahwa anak kita adalah titipan Illahi yang harus dijaga sebaik mungkin. Kita berikan pendidikan yang layak, kita bimbing dia untuk menyongsong dunia. Ya, karakter anak-anak kita pasti berbeda dari satu dengan yang lain. Ada yang berkarakter keras, mudah marah, mudah tersinggung, ada yang lemah lembut dan ada pula yang angin-anginan. Tetapi itu semua bisa kita arahkan mulai dari kecil dengan cara membimbingnya, karena pendidikan pertama adalah dari keluarga. Pada dasarnya, bimbingan yang kita berikan ada tiga macam yaitu bimbingan Koersif, Permisif dan Dialogis. Tiga hal inilah yang nantinya akan berperan besar pada karakter anak untuk berkorelasi dengan lingkungannya (meskipun tidak menutup karakter dasar wataknya). Kita tinggal memilih, cara mana yang akan kita berikan pada buah hati kita.

Koersif
Cara ini berlatar belakang dari Pujian dan Hukuman. Kita memberikan pujian pada saat kita anggap melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan kita sebagai orang tua dan sebaliknya kita berikan hukuman jika melenceng dari kehendak kita. Hal ini ada dampak positif dan negatifnya. Positif : dia tahu hal yang baik dan buruk. Negatif : Dia akan selalu mencari perhatian dari lingkungannya. Selalu ingin "be the one". Akibat yang ditimbulkan dari pola ini adalah
  • Berkurangnya daya kritis anak atas segala sesuatu. Pola berpikirnya terobsesi pada pikiran orang tuanya.
  • Korelasi lingkungannya akan sangat buruk, karena sebagai si Pencari perhatian, dia ingin show up apa yang dimilikinya. Dia akan menjadi superior di luar rumah, tetapi kurang bisa berinteraksi dengan temannya.
  • Menjadi anak mama di rumah karena harus menuruti perintah orang tua, jadi di benaknya, keinginan orang tua adalah segalanya.
Permisif
Pola ini berkebalikan dari Koersif. Orang tua menyerahkan segalanya kepada anak dengan anggapan dia akan bebas mengekspresikan semuanya agar bisa mandiri dan sebagai orang tua akan memaafkan segala hal yang diperbuatnya meskipun itu salah. Ini adalah pola kemandirian yang salah diterapkan. Anak diberikan kebebasan yang seluas-luasnya namun berakibat akan merasa tidak diperhatikan. Hasilnya akan kurang lebih sama dengan Pola Koersif.

Dialogis
Pola ini adalah yang terbaik. Kita harus mengetahui batasan untuk melarang dan batasan untuk memberinya kebebasan. Ada saat kita memberikan hukuman namun di saat yang lain kita harus menghargai tindakannya. Kita tunjukkan dengan mengajaknya berbicara tentang sesuatu disertai alasan-alasan yang masuk akal. Semua yang dilakukan itu pasti ada sebab akibatnya. Dilarang begini karena nanti bisa seperti itu. Boleh seperti ini karena itu adalah hal yang baik dsb. Kita pancing si Kecil untuk berpendapat atau menanyakan sesuatu tentang hal yang dibicarakan. Ajarkan pengertian akan pendapat orang lain sehingga dia akan belajar dihargai dan menghargai.

Niscaya dengan pola ini si anak akan menjadi orang yang jujur, kritis namun bertanggung jawab dalam korelasi lingkungannya. Sekarang tinggal kita bertanya pada masing-masing, pola bimbingan mana yang kita berikan pada si Kecil selama ini. Seandainya dua pola pertama, ada baiknya mari segera kita ubah sebelum terlambat.

Wassalam….

Thursday, July 12, 2007

Sang “Monster" dan Si Kecil

Assalamu ‘alaikum

Dear all,

Postingan kali ini saya mengambil judul seperti dari negeri Dongeng. Monster ? Wow, dari judulnya pembaca semua pasti sudah menebak kalau sebutan tadi digunakan untuk Raksasa besar yang menyeramkan dan menakutkan… Bisa jadi definisi tersebut benar meskipun tidak semuanya…. Karena monster di sini saya ambil untuk menambah bombastis postingan saya.. walah… ternyata…..
Monster yang akan saya bahas di sini adalah satu benda di sekitar kita (bahkan mungkin milik kita) yang disebut televisi atau kita singkat menyebutnya TV. TV merupakan alat pemuas dahaga kita akan informasi (tujuan utamanya sih…)

Monster
Kalau dari awal kita sebut raksasa benar adanya, karena

  1. Siaran TV bisa menjangkau ke seluruh daerah atau bahkan dunia
  2. TV merupakan jaringan bisnis yang menggiurkan bagi para pemilik modal … coba saja tanyakan kepada orang-orang yang bekerja sebagai broadcaster, berapa biaya satu iklan yang ditayangkan lewat TV per detiknya
  3. TV mempengaruhi massa dalam waktu yang cepat, lama ataupun tidak terasa.. ( Ini yang akan saya bahas di postingan kali ini)

Menyeramkan dan menakutkan
Ya, disadari atau tidak, TV merupakan monster yang mengancam bagi jiwa manusia. Terutama bagi kita para orang tua yang bekerja di siang hari kemudian di malam hari (saat anak kita tidur) kita baru pulang. Niscaya waktu malam tersebut kita akan disuguhi tayangan Sinetron (yang kebanyakan hanya mengejar rating…) dengan cerita yang dibuat-buat ataupun kacau balau, seperti Malin Kundang dengan Mercedesnya…. Kesannya sih biar modern, tapi apa daya (menurut saya lho..) malah mematikan cerita itu sendiri. Anda mungkin tidak mengetahui apa yang ditonton oleh anak kita di siang harinya saat kita bekerja.
Pembaca semua mungkin pernah melihat berita, berapa anak yang meninggal akibat menjadi korban temannya yang di”smack down”. Berapa anak yang menjadi korban pencabulan teman, tetangga atau orang lain yang sama-sama di bawah umur. Belum lagi kita tidak menyadari bahwa anak-anak kita begitu fasih meniru adegan atau kata-kata dari TV. (Sinetron sekarang apalagi, yang menampilkan anak-anak kecil berperangai jahat dengan muka yang dibuat judas sebegitu rupa..hmmm)
Hal tersebut juga terjadi pada Nadia. Kami sebagai orang tua sempat kaget melihat Nadia begitu fasih menirukan satu tarian balet (diperagakan oleh anak kecil di salah satu iklan susu) dan sedikit syair Samson waktu dia masih berumur 1 tahun. Kami mulai berpikir, jangan-jangan ini karena pengaruh TV. (Untung dia masih menirukan hal-hal yang baik).
Kami benar-benar ketakutan pada saat itu, coba seandainya Nadia sudah mulai lancar bicara kemudian mengumpat ke kita dengan kata-kata kasar yang diperolehnya dari sinetron….. tidak bisa kami bayangkan naudzubillah.
Akhirnya perhatiannya kami alihkan untuk belajar seperti membaca dengan metode Glenn Doman, bermain huruf (yang dibuat dari puzzle foam), gambar-gambar hewan dan tulisan Hijaiyah.. Kalau dia mau melihat TV kami alihkan untuk memutar Video anak-anak yang berisi pelajaran membaca, menghitung dsb. Alhamdulillah upaya kami berhasil, Nadia hanya tersita perhatiannya untuk lagu, belajar dan bermain (permainannya kami upayakan yang ada unsure pendidikan). Sedikit pemaparan dari anak kami… Berlanjut ke hal berikutnya..

Solusi bagi TV Adicted

  1. Jauhkan TV dari anak-anak (sepertinya tidak mungkin dilakukan)
  2. Pilih acara yang sesuai dengan karakter anak (kartun dsb.. meskipun terkadang juga ada kartun yang kurang mendidik)
  3. Berikan kesempatan anak untuk bermain seluas-luasnya (dalam konteks permainan yang mengandung unsur edukasi seperti yang saya sebutkan di atas)
  4. Jika TV tidak bisa kita hindari, buatlah si kecil merasa”enjoy” dengan tayangan yang dia lihat. Enjoy di sini saya tegaskan bahwa acar “TV” kitalah yang memilihnya. Putarkan dia CD-CD pendidikan atau religi yang banyak diadopsi dengan permainan sehingga dia tidak bosan. Sekarang banyak CD pendidikan yang disponsori oleh susu. Itu salah satu contohnya. Biarkan dia bernyanyi, belajar dan berekspresi sesuai karakternya tanpa kita merasa khawatir akan akibat yang ditanggungnya.
  5. Jangan biarkan anak menonton TV tanpa didampingi ortu dan pengasuhnya. Berikan pengertian ke pengasuh akan acara yang layak ditonton oleh anak kita.
  6. Buatlah suasana rumah yang menyenangkan (bukan berarti harus mewah lho ya..) agar si kecil mau bermain tanpa harus teringat kepada TV.
Mungkin demikian dulu postingan kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu 'alaikum

Monday, July 9, 2007

Nadia n Candi Jonggrang


Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear all,
Minggu ini sebenarnya sudah ada postingan yang siap untuk di upload, hanya saja belum ada waktu untuk mengeditnya... jadi ya mendingan intermezo menampilkan gambar Nadia yang barusan diajak jalan-jalan ke Yogya n mampir ke Candi Prambanan atau yang sering orang sebut Candi Roro Jonggrang.
Candi ini dibangun di masa dinasti Rakai Pikatan...jaman Mataram Hindu kurang lebih abad 5 M (kalau salah mohon dikoreksi..) Bangunan candi tersebut sebenarnya tergolong megah, karena satu induk candi dikelilingi oleh candi-candi kecil yang bertebaran di sekelilingnya. Sayang.. candi-candi kecil tersebut sudah hancur dimakan jaman.... Bahkan di sebelah utara banyak sekali candi kecil yang oleh penduduk di situ disebut Candi sewu yang berarti Candi Seribu....
Apalagi setelah ada bencana gempa Yogya kemarin, Candi induk dan candi pengapit yang tadinya kekar dan kokoh berdiri, kini harus disangga oleh penopang . Pengunjung candi yang dulu ada foreignernya sekarang sama sekali tidak ada... Kitapun tidak bisa masuk untuk menikmati arca di dalam candi serta reliefnya karena sudah dipagar betis untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan... Sekali lagi sayang...
Untuk fotonya, Nadia berpose bersama keponakan kami sambil mengacungkan 2 jari yang dia artikan peace... damai....
Sekian intermezonya, lain kali disambung artikel parenting yang lain...

Wassalamu 'alaikum