Thursday, June 28, 2007

Efektifkah Mewarnai Gambar ?

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear all,

Mumpung baru rajin posting, kembali kami hadirkan tulisan sekedarnya untuk menambah pengetahuan kita sebagai orang tua untuk mendidik anak. Kalau yang kami sajikan hari kemarin adalah hal yang sedikit berat yaitu tentang penghitungan, hari ini kami sajikan tentang psikolog anak, yaitu kreatifitas menggambar.
Menggambar… satu hal yang saya yakin setiap anak pasti menyukainya. Tinggal hasilnya bagus atau tidak itu tergantung dari bakatnya. Kita wajib yakin bahwa anak kita masing-masing mempunyai kecerdasan tersendiri, baik di bidang matematika, gambar, lingkungan, komunikasi, musik dsb tergantung dari bakat masing-masing. Tugas kita adalah mengarahkannya untuk meraih cita-citanya sesuai dengan bakat dan minatnya…
Berlanjut ke postingan kali ini….

Sekarang ini banyak kita jumpai Buku mewarnai yang dijadikan acuan orang tua dan guru untuk mendidik anak dalam pelajaran menggambar. Disitu sudah tertera gambar dalam bingkai kosong yang mewajibkan si kecil untuk mewarnai. Kelihatannya selintas bagus untuk pendidikan, tapi jika kita lihat konsekuensinya sangatlah jauh dari harapan, yaitu :
Menghambat Imajinasi anak
Sejak anak masih kecil kita harus membiasakan anak untuk berimajinasi sendiri, meskipun terkadang lucu sekalipun. Biarkan dia berpikir sendiri tanpa kita memerintahnya. Dari imajinasi yang tertuang, kalau kita amati terkadang malah lebih “hidup” dan dia merasa dihargai. Dengan adanya buku mewarnai, si kecil “dilatih” untuk mengendorkan kecerdasannya dalam berimajinasi. Dia hanya diwajibkan mengisi warna pada pola yang ada. Ini pun terkadang ada campur tangan dari ortu atau pengasuh. Pada saat dia memegang crayon orange untuk mewarnai daun, kita berseru…”Lho.. harusnya yang warna hijau dik…”
Mengajari anak untuk minder
Dari ilustrasi di atas, bisa saja lambat laun membuat anak minder. Jika hal ini terjadi terus, dikhawatirkan si anak akan merasa apa yang dilakukannya salah dan serba salah. Coba seandainya ini berlangsung terus sampai dia dewasa, saya yakin si kecil tidak akan bisa mandiri dengan pikirannya Padahal sekarang ini banyak tanaman hias yang “keluar” dari pakemnya. Banyak yang satu tanaman bisa mempunyai lebih dari satu warna daun bukan hanya hijau.
Memenuhi kewajiban sekolah
Kalau si kecil sudah usia sekolah, Lembar Kerja Siswa mewarnai tersebut di berikan gurunya untuk dikerjakan. Seandainya si kecil mewarnai buku tersebut, pastilah dia hanya mengerjakannya karena tuntutan tugas dari sekolah. Ini yang berbahaya, sebab tidak ada “willing” atau kemauan dari dirinya untuk berkreasi sebik mungkin.

Tugas Orang tua
Kita sebagai orang tua wajib untuk memantau perkembangan anak meskipun hanya mempunyai sedikit waktu untuk itu. Berikan perhatian pada dirinya sehingga dia merasa kita selalu mendukung apa yang dilakukannya. Tugas kita di sini tinggal mengarahkan ke mana dia akan menuju.
Dalam hal menggambar, biarkan si kecil berkreasi dan berimajinasi. Tugas kita adalah memberikan dia perlengkapan yang dibutuhkan. Kertas, crayon, pensil warna atau misalnya anak kita berbakat bisa saj kita belikan alat-alat melukis. Mungkin kita tidak harus mendiktenya, tapi memberikan contoh gambar yang baik. Pertama kali biarkan dia berimajinasi dengan gambar benang ruwetnya. Kalau ditanya pasti dia akan memberikan kita kesan-kesan yang lucu. Seperti saat Nadia menggambar dan aku tanya hasilnya, dia berkata pesawat… padahal hasil gambarannya tidak ada satu pun yang menunjukkan bahwa itu adalah pesawat. Sedikit demi sedikit, saat dia sudah mengenal lingkungannya, saya perkenalkan berbagai macam obyek baru baginya. Khusus kami belikan gambar-gambar hewan, buah-buahan dsb. Dari sini, imajinasinya akan terasah bahwa pesawat ternyata seperti itu…. Dsb.

Kita harus menyesuaikan tingkat kesulitan obyek yang kita berikan pada si kecil, jangan memaksanya untuk menggambar sesuai dengan obyek yang ada. Sedikit demi sedikit kita bisa meningkatkan kemampuannya. Anda sebagai orang tuanya pasti lebih tahu kapasitas anak kita masing-masing.

Demikian dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat …. And see you in next articles..

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Source : Nakita

Metode Horisontal II



Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear all,

Setelah sekian lama akhirnya saya punya waktu tuk posting lanjutan dari yang kemarin yaitu Metode Metris. Tampilan di bawah ini saya dapatkan dari "Seminar Metris : Lompatan Besar dalam sempoa termutakhir hitung cepat dan Smart" yang isinya hanya saya ambil sebagian untuk mengisi postingan kali ini. Saya harapkan semoga bisa berguna bagi kita para orang tua untuk membantu anak kita menguasai matematika terutama dalam hal berhitung.

Dalam postingan kemari sudah sedikit saya bahas dua hal yaitu Metode Vertikal dan Metode Horisontal. Untuk kali ini saya tambahkan beberapa contoh penghitungan dengan dua metode tersebut.

1. Metode Vertikal

Contoh soal perkalian kwadrat yang akan dipecahkan adalah bilangan puluhan di mana salah satunya mempunyai angka lima baik itu satuan ataupun puluhan.

a.85^2=__

85

85

---- x

Cara mengerjakannya adalah 5 x 5 = 25

8 x 5 = 40

8 x 5 = 40

8 x 8 = 64

Hasil terakhir ditambahkan hasilnya adalah 7225


b.57^2= 57

57

---- x

7 x 7 = 49

5 x 7 = 35

5 x 7 = 35

5 x 5 = 25

---- +

3249

Maaf model ini saya tulis begini karena waktu saya buat kebawah ternyata merusak konfigurasi html saya jadinya ya seperti ini saja… semoga bisa dipahami.

2. Metode Horisontal

Contoh soal perkalian kwadrat yang akan dipecahkan adalah bilangan puluhan di mana salah satunya mempunyai angka lima baik itu satuan ataupun puluhan dengan menggunakan portal matematik khusus.

a. Portal kwadrat model perkalian (a5)^2, yaitu

(a5)^2 = a.(a+1)I 25

soal: 85^2 = 8.(8+1)I 25 = 8.9 I 25 = 7225

b. Portal kwadrat model perkalian (5a)^2, yaitu

(5a)^2 = 25 + a I a^2

soal: 57^2 = 25 + 7 I 49 = 32 I 49 = 3249

Dari contoh 1 dan 2 dapat dilihat bahwa pemecahan soal dengan model perkalian kwadrat seperti di atas akan lebih cepat dan mudah apabila menggunakan metode horisontal dari pada metode vertikal. Hal ini disebabkan metode horisontal dapat membentuk model portal matematik yang membuat proses operasi aritmatik menjadi lebih efisien.

Kalau anda ingin lebih jelas masalah Metode Metris, bisa saja menghubungi langsung ke http://sigmetris.com (ikutan mromosiin nih), soalnya dia mempunyai hak paten yang nggak bisa digaggu gugat. Bagi pembaca yang berminat mau menghubungi ke situs tersebut.

Ok, see you soon n b here with another article...

Wassalamu 'alaikum Wr.Wb.


Thursday, June 21, 2007

Metode berhitung Metris (Metode Horisontal)

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Dear all,

Setelah memaparkan Metode Glenn Doman untuk anda orang tua yang mempunyai anak balita supaya jago dalam hal membaca, kini saatnya saya hadirkan kembali suatu metode pembelajaran anak untuk mengasah kemampuan berhitungnya. Metode kali ini juga saya dapatkan dari hasil surfing di dunia maya. Tetapi untuk sekarang ini mungkin belum bisa saya terapkan pada Nadia karena dia masih terlalu kecil, baru berusia 2 tahun. Mungkin jika sudah tiba saatnya akan saya gunakan juga untuk mengajarnya seperti Metode ini.

Latar Belakang Metode Metris atau Metode Horisontal

Kebanyakan kita selama ini selalu terpaku bahwa metode terbaik untuk berhitung adalah Sempoa. Ternyata dalam perkembangannya telah ditemukan suatu Metode baru yang mirip Sempoa yang oleh penggagasnya dinamakan Metode Metris atau Metode Horisontal. Metris awalnya digagas oleh Stephanus Ivan Goenawan, 32 tahun, dosen Fakultas Teknik Mesin, Unika Atma Jaya, Jakarta. Ivan tergerak menyusun Metris karena melihat keterbatasan metode lama, yang kita tahu bahwa metode lama selalu kita lakukan secara Vertikal. ”Metode itu hanya mengembangkan kemampuan analisis yang lebih meletakkan landasan kemampuan numeris dan logika pada siswa,” ujarnya. Alhasil, proses pengajaran dengan metode vertikal hanya mengembangkan kerja otak kiri saja. Sedangkan Metris bisa berfungsi untuk membentuk mental aritmatika yang merangsang kreativitas.
”Kedua metode sebenarnya saling bersinergi kalau diterapkan,” kata Ivan. Dengan menggunakan Metris, para siswa tak hanya mempunyai kemampuan numeris dan logika, tapi juga memiliki kepercayaan diri dan daya kreativitas tinggi.

Ketertarikan pada aritmatika pula yang membuat Ivan memilih kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada. Enam tahun lalu, Ivan mulai merumuskan metode arimatika horizontal secara sistematis. Tonggaknya adalah artikelnya secara teoritis yang diterbitkan di jurnal internal Unika Atma Jaya. Metode yang masih bersifat teoretis itu sempat terbengkalai lantaran Ivan harus menyelesaikan studi S-2 di Institut Teknologi Bandung. Di Bandung pula ia beruntung berjumpa Alexander Agung, 28 tahun, sesama penggemar matematika. Bersama kawan kuliahnya itu ia menyusun modul praktis pengajaran Metris. pada 2005, begitu modul itu rampung, Ivan dan Alexander menggelar pelatihan bagi para guru SD dan SMP.

Sekilas metode ini mirip Sempoa, metode berhitung kuno yang menggunakan alat hitung dari Cina. Sempoa termasuk populer di Indonesia karena mengandalkan kecepatan berhitung. Menurut Alexander, Sempoa dan Metris memiliki kesamaan, yaitu mencapai tahap perhitungan mental aritmatika dan mengandalkan konsep asosiasi posisi. Bedanya, dalam Metris konsep asosiasi posisi dipelajari secara langsung dengan mengenalkan konsep asosiasi posisi dengan notasi pagar kepada para siswanya. ”Sempoa memiliki alur sendiri dan tak sama dengan pendidikan sekolah, sementara Metris disesuaikan dengan program pelajaran sekolah,” ujarnya.

Perbedaan yang lain, menurut Alex, Metris membuat anak bisa menjelaskan langkah yang diambil dengan memakai simbol matematika seperti yang digunakan di sekolah pada umumnya. Sedangkan Sempoa tidak. Sempoa, menurut Ivan, membuat anak cenderung individual dan lebih berorientasi pada hasil ketimbang proses.

Dengan Metode Metris atau Metode Horisontal ini, diharapkan anak tidak lagi menganggap Matematika sebagai momok baginya, tapi sebagai suatu permasalahan yang menantang untuk bisa diselesaikan, sehingga menguji mental anak-anak kita untuk selalu berjiwa berani dalam menghadapi semua permasalahan.

Demikian postingan kali ini untuk selanjutnya akan saya paparkan sedikit demi sedikit cara Metode Metris atau Metode Horisontal ini.

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Source : Tempo, Senin 4-10 Desember 2006

Thursday, June 14, 2007

Mengajar anak membaca dengan Metode Glenn Doman (part II)


Assalamu 'alaikum

Dear All,
Hari ini mumpung masih belum banyak pekerjaan, ada baiknya saya lanjutkan postingan untuk Metode Glenn Doman. Kemarin ada komentar dari Mbak Ati di Singapore bahwa kita seakan-akan memaksakan anak untuk segera membaca dengan Metode ini. Seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya, kita sebagai orang tua jangan sekali-kali memaksakan anak untuk selalu mengikuti kehendak kita agar supaya dia tidak merasa hidup terkekang. Kita wajib mengetahui kapan anak kita bisa diajak bermain, dan kapan dia kita arahkan untuk belajar.
Yang perlu kita ketahui dari Metode Glenn Doman ini adalah dua faktor sebagai berikut :

  1. Sikap dan pendekatan orang tua. Syarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali. Biasakan anak membaca dengan suatu kegemaran.... bisa dibuat permainan menarik untuknya
  2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.
  3. Jangan pernah memaksa anak untuk belajar membaca tanpa kemauan dia sendiri. Alhamdulillah anak kami Nadia mempunyai kemauan yang besar untuk belajar. Bahkan, saat dia minta perhatian lebih dari kami (bapak, ibu dan pengasuhnya), Nadia selalu merengek untuk belajar, baik itu belajar membaca dengan aplikasi Glenn Doman maupun membaca huruf alphabet, bukan untuk bermain.. tentu hal ini aneh bagi kebanyakan anak.

Sekarang kita menginjak hal utama dari Metode Glenn Doman.

Ada dua cara untuk kita lakukan. Untuk posting kali ini saya mengambil sumber dari Kompas release tanggal 18 September 2005 (sudah lama ya?). Sedangkan persiapan pertama adalah sebagai berikut :

1. Untuk tahap pertama, orangtua harus mempersiapkan kertas karton kaku warna putih dan spidol besar yang ujungnya rata (selebar satu sentimeter) berwarna merah. Selain itu, juga spidol ukuran 0,5 sentimeter warna hitam. Kertas karton digunting-gunting sepanjang 60 sentimeter dengan lebar 15 sentimeter, sediakan pula yang selebar 12,5 sentimeter.

2. Tuliskan kata di atas guntingan kertas karton dengan huruf kecil (bukan kapital), huruf yang sederhana dan konsisten. Untuk tahap pertama, buatlah 15 kata di atas 15 lembar karton, dibagi menjadi tiga. Misalnya, lima lembar pertama adalah nama-nama anggota keluarga (set A), lalu lima lembar kedua bertuliskan nama-nama organ tubuh (set B), sedangkan lembar ketiga bertuliskan nama-nama bunga (set C). Yang jelas, gunakan nama-nama yang tidak asing bagi dia, terutama nama benda yang sering anak jumpai setiap hari. Dengan demikian, anak akan lebih mudah mengingatnya.

Sekarang kita mulai Tahap Pembelajaran

Pada hari pertama mengajar, orangtua hanya menunjukkan lima lembar pertama (set A) kepada anak dengan membacanya, tiga kali sehari. Pada hari kedua, tunjukkan dan bacakan set A dan set B, juga tiga kali sehari. Sementara pada hari ketiga, bacakan set A, B, dan C selama tiga kali sehari. Pada hari keempat, lakukan seperti hari ketiga. Ini dilakukan terus sampai kartu-kartu terbaca 15-25 kali. Perlu diingat bahwa urutan kata harus sama dari setiap setnya. Agar tidak terjadi kekeliruan, setiap kertas bisa diberi nomor di sebaliknya, sehingga waktu kita menunjukkannya kepada si kecil urutannya tetap sama. Misalnya :

Set A : 1. Bapak ; 2. Ibu; 3. Nadia; 4. Tante; 5. Nenek

Urutan set ini tidak boleh terbalik susunannya , jadi harus urut dari nomor 1 – 5, begitu juga dengan Set B, C dsb. Agar tidak keliru, urutannya sebaiknya diteruskan dengan no 6, 7 dst.... untuk Set B..........

Irene mengatakan, cara membacakan kartu-kartu itu relatif mudah. Susun lima lembar kartu dan hadapkan pada anak. Jadi urutan kertasnya adalah 5-4-3-2-1. Sekali lagi urutan kertasnya DARI BELAKANG (no 5 adalah terdepan). Ambil satu kartu dari belakang dan letakkan ke depan, begitu seterusnya sampai lima kata terbaca. Sebagai contoh : ambil kertas no 1 (dibelakang), tunjukkan tulisan (Bapak) ke si Kecil, kemudian no 4 dsb.

”Jangan ada penjelasan apa-apa tentang kata itu, cukup bacakan saja dengan cepat, tidak lebih dari satu detik per kartu. Jangan pula meminta anak mengulang kata-kata yang kita baca. Saat kita membaca kata itu, perhatikan wajah anak, lama-lama kita akan tahu kata mana yang disukai anak dan mana yang tidak,” ujarnya.

Setelah lima kata terbaca, orangtua bisa berhenti dan memeluk anak untuk menunjukkan kebahagiaan. Anak bisa memahami dan merasakan jika kegiatan itu membahagiakan orangtuanya.

Dengan cara ini, anak akan terpacu untuk “menghafal” kata-kata tersebut. Dalam jangka waktu singkat, dia akan hafal urutan kata tersebut. O, ya…. Jangan mengajari anak untuk menghafal huruf alphabet pada taraf awal ini, karena akan mengganggu stimulant otaknya. Nanti pada saat yang tepat bisa mulai kita ajarkan huruf-huruf tersebut.

Sekian dulu untuk kali ini, tunggu posting berikutnya…. Selamat mencobanya ... semoga bermanfaat dan berhasil guna...

Wassalam…..

Hamiseno



Source : Kompas, edisi 18 September 2005

Wednesday, June 13, 2007

Mengajar anak membaca dengan Metode Glenn Doman (Part I)


Assalamu 'alaikum

Dear all,

Thanks for visiting my private web. Seperti yang mamanya Tiara minta, di sini akan saya ulas tentang cara mengajar membaca anak pada usia dini dengan menggunakan Metode Glenn Doman. Mungkin ada yang setuju dan ada juga yang tidak, semuanya monggo, terserah sobat-sobat semua yang mempunyai anak balita. Yang jelas, untuk Nadia anak saya sudah saya berikan pembelajaran dengan metode ini dan Alhamdulillah sudah bisa membaca 20 kata dan hapal huruf alphabet dari A-Z pada usia 2 tahun ini. Padahal, saya memulai pengajaran dengan Metode Glenn doman ini pada saat usianya 20 bulan. Jadi selama 4 bulan kemarin, perkembangan anak saya demikian pesat.

Sebelum mengulas masalah cara mengajar anak untuk membaca dengan Metode Glenn Doman, ada baiknya saya bahas dulu latar belakang penemu metode tersebut yaitu Dr. Glenn Doman, seorang pendiri Institut yang menangani masalah pencapaian potensial manusia (The Institute for The Achievement of Human Potential) di Philadelphia dan memulai mempelopori penanganan cacat otak pada anak sejak tahun 1940. Glenn dengan institutnya telah dikenal sebagai pelopor dan berhasil dalam menangani masalah cacat otak anak. Menurutnya, otak anak, bahkan yang sudah dibedah hemisferektomi (dibuang setengah fisik otaknya) pun masih bisa mempunyai kemampuan sama dengan anak dengan otak utuh.

Perkembangan fisik otak yang sangat pesat terjadi pada saat bayi lahir hingga usia 18 bulan. Jika sewaktu lahir otak anak sudah sebesar 25 persen dari otak orang dewasa (sekitar 350 gram), pada usia 18 bulan otak anak berkembang dua kali lipatnya. Otak anak terus berkembang dan pada umur enam tahun sudah mencapai 90 persen dari berat otak orang dewasa. Otak anak akan mencapai perkembangan 100 persen pada umur 18 tahun (sekitar 1,4 kilogram).

Pada saat kelahiran, otak bayi mengandung 100 miliar sel aktif. Ahli neurobiologi dari Universitas California Berkeley, Carla Shatz, seperti dikutip majalah Time (Februari 1997) menyebutkan, terdapat pula satu triliun sel glia (perekat) yang membentuk semacam sarang untuk melindungi dan memberi makan sel aktif itu. Bahkan, menurut ahli psikologi dari Inggris, Tony Buzan, masing-masing sel aktif itu mampu membuat 20.000 sambungan yang berbeda dengan sel-sel lain.

Mengingat kemampuan otak pada anak luar biasa maka sebagai orangtua, kita harus mampu memberi rangsangan maksimal pada otak, terutama hingga usia 18 bulan. Jika tidak dirangsang, otak anak bisa menderita. Para peneliti dari Baylor College of Medicine pernah menemukan, otak anak akan mengecil 20-30 persen dari ukuran normal jika dia jarang diajak bermain atau disentuh. Praktisi Metode Glenn Doman, Irene F Mongkar, mengatakan, ”Otak anak sejak usia nol tahun, bahkan sejak dalam kandungan distimulus sehingga sel-sel otaknya berkembang dengan cepat. Makanya, ada anak berumur 2,5 tahun sudah bisa membaca buku,” ucap Irene yang pernah mengikuti kursus Better Baby di institut milik Doman.

Glenn banyak menulis buku dan pedoman bagi orang tua cara mengajar anaknya seperti 'How to teach your baby to read', 'How to teach your baby math', 'How to teach your baby to be physically superb'. Dan terutama buku best sellernya "How to give your baby encyclopedic knowledge". Dan dengan berbagai metode yang dia berikan, telah banyak orang tua yang berhasil membaca dan menghitung pada usia dini.

Dan ini benar adanya. Seperti postingan saya terdahulu, pernah ditayangkan di SCTV pada Liputan 6 pagi – dengan pembawa acara Bayu Sutiyono (sayang saya lupa tanggal tayangnya) dengan mengundang Irene F. Mongkar (Praktisi Metode Glenn Doman di Jakarta) dan salah satu anak didiknya (Dedy), di situ ditunjukkan bahwa anak tersebut (usia 2 tahun) sudah bisa membaca satu untaian kata sederhana seperti “bapak pergi ke kantor” ; “ibu pergi ke pasar” dsb, padahal berbicara pun dia belum begitu jelas. Melihat acara ini, saya benar-benar terperangah karena belum pernah saya mengetahui adanya suatu metode yang membantu anak untuk bisa membaca pada usia dini.

Untuk mengetahui Metode yang digunakan dalam mengajar anak membaca pada usia dini, akan saya tulis pada postingan berikutnya. Sabar dulu ya ...........

Wassalam
Hamiseno

Source : Liputan 6, Kompas dan IDI

My daughter : Nadia


Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Dear all,


Sekian lamanya saya mengurusi web untuk EMC maka sekarang waktunya saya untuk mulai menulis web pribadi saya dengan kata-kata yang berbeda... mungkin sedikit santun....
Waktu mulai menulis, saya bingung akan diposting apa ya web ini.. teringat anak saya yang baru nerumur 2 tahun bulan April kemarin maka untuk kesempatan kali ini ada baiknya saya perkenalkan dia pada semua.

Namanya Nadia, lengkapnya Nadiastuti Pradnya Paramita lahir pada tanggal 30 April 2005 sebagai seorang perempuan. Kami mengucapkan syukur Alhamdulillah atas karunia-Nya dan bersiap mengmban amanat yang diberikan pada kami. Sepanjang dua tahun ini, banyak hal yang lucu yang telah dilakukannya.
Pada saat umur3 bulan Nadia sudah bisa tengkurap. Usia6 bulan dia mulai merangkak dengan gaya yang lucu sekali. Saat umur 7 bulan dia mulai berbicara, meskipun belum lancar. Kami pikir dia akan bisa berjalan terlebih dulu dari pada berbicara. Ternyata tidak. Dia lebih pandai berbicara dari pada berjalan. Nadia baru bisa berjalan pada usia 14 bulan.

Dia anak yang aktif sekali... Soal menggambar (benang ruwet pasti)... sudah saya perkenalkan sejak umur 6 bulan. Saya belikan crayon untuk menggambar, dengan kertas. Tapi apa mau dikata, dia lebih suka menggambar di tembok ruang tamu.... akibatnya ruang tamu kami penuh dengan lukisannya. Segi positifnya, di umur 1,5 tahun, dia sudah mengetahui warna-warna yang bagi kita bukan warna dasar seperti oranye, ungu, metalik dsb.


O, ya ... pada waktu usia ini, tidak sengaja saya menonton Liputan 6 di SCTV tentang cara mendidik anak untuk bisa membaca secara cepat dengan Metode Glenn Doman. Karena saya hobby selancar di internet, maka secepatnya saya mencari informasi tentang metode tersebut. Akhirnya saya mendapatkannya.
Dengan metode Glenn Doman tersebut, saya ajarkan anak saya membaca dan Alhamdulillah dia sekarang sudah bisa mengerti 20 kata untuk dibaca. Demikian dulu postingan hari ini akan saya lanjutkan pada kesempatan berikutnya....

Wassalamu 'alaikum Wr.Wb.