Friday, November 28, 2008

Perlukah Konsistensi pada anak ?


Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,


Berlanjut lagi untuk artikel parenting bagi rekan-rekan blogger yang akan memasuki dunia baru dunia orang tua maupun sahabat yang sudah berkeluarga. Di blog ini saya desain untuk berbagi ilmu dan pengalaman tentang pendidikan anak serta hal-hal lain yang berhubungan dengannya.

Konsistensi
Konsistensi mengambil kata dari consistency (Inggris) yang berarti tetap, absolute. Dalam pendidikan anak, terkadang memang kita perlukan suatu konsistensi atas segala hal dari orang tua. Baik itu dalam hal disiplin, metode pengajaran, maupun penanaman akhlak anak sebagai bekal di kemudian hari. Permasalahannya, konsistensi yang seperti apakah yang harus kita terapkan pada anak ?

Sering kita sebagai orang tua menganggap bahwa konsistensi dalam kedisiplinan itu mutlak adanya tanpa memperhatikan beberapa efek yang mungkin terjadi akibat hal tersebut. Sebagai contoh, secara konsisten kita minta anak untuk belajar ataupun makan. Dia bisa mengerti kapan jam belajar, kapan jam makan dan sebagainya. Tetapi, kadang kita sebagai orang tua lupa untuk mendisiplinkan diri kita pada aturan yang telah kita buat, baik itu karena kesibukan ataupun karena "malas", sehingga pada saat anak sudah mulai berdisiplin, kita malah mulai kendor dalam hal tersebut. Tanpa kita sadari konsistensi yang kita bangun kita rusak sendiri.

Kita juga perlu mencermati sudut pandang lain tentang konsistensi kedisiplinan anak tersebut. Perlukah konsistensi ini kita terapkan secara terus menerus. Jawabnya bisa ya bisa juga tidak. Jika kita terapkan terus menerus, kita juga harus memikirkan efeknya bagi perkembangan jiwa anak. Dengan kedisiplinan tinggi, bisa berakibat anak akan "kaku" menghadapi lingkungan sosial yang beragam. Mungkin saja bagus untuk diri dan lingkungan, tetapi dalam hal tertentu, fleksibilitas atas keanekaragaman lingkungan juga diperlukan agar dia bisa bergaul secara wajar, jangan sampai anak kita nanti dicap "aneh" karena kekakuannya.

Jika tidak kita terapkan secara konsisten, karena banyak kelonggaran, maka bisa berakibat anak akan semaunya. Sekarang tinggal kita pilih, mana yang harus kita terapkan pada anak kita. Kalau saya pribadi, akan saya terapkan 70% : 30% untuk konsistensi. Jadi 70% kita terapkan secara konsisten untuk berdisiplin dan 30% untuk kemandirian dalam lingkungan sosial. Nilai 30% ini sangat diperlukan dalam interaksi sosial si kecil dalam masyarakat. Sehingga dengan perbandingan ini, anak akan menjadi personal yang berdisiplin tetapi juga mempunyai rasa toleransi terhadap lingkungan sehingga tidak kaku dalam menghadapi permasalahan sekitarnya. Wallahu alam...

Sekian...

Wassalamua 'alaikum Wr. Wb.

Friday, October 31, 2008

Menggali potensi anak






Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Dalam perjumpaan kali ini saya akan memulai membahas korelasi antara penentuan pengajaran anak dengan hasil yang diperoleh atas anak kita melalui pengajaran tersebut. Perhatikan contoh yang nyata sebagai berikut :
Di Christchurch, Selandia Baru, Michael Tan mampu mengerjakan ujian matematika untuk tingkat SMU di usia 7 tahun, lihat betapa mencengangkan kenyataan tersebut. Mungkin pertanyaan kita yang timbul adalah mungkin anaknya memang pandai. Itu jawaban yang pasti, tetapi pernahkah kita bertanya, bagaimana cara kita untuk bisa membuat anak kita seperti Michael Tan tersebut ? Mungkinkah ? Jawabannya SANGAT MUNGKIN. Karena, pembelajaran mandiri yang berkesinambungan dengan dukungan orang tua sebagai jawabannya.

Jika kita bisa menyediakan lingkungan dan peralatan yang baik untuk pelatihan mandiri, anak-anak kecil pun akan menjadi pendidik mandiri yang antusias sepanjang hidupnya. Ini dibuktikan oleh Maria Montessori, seorang dokter wanita pertama di Italia yang berhasil mengembangkan kemampuan anak-anak terbelakang berusia 3-4 tahun sehingga mampu menulis, membaca dan perhitungan dasar.

Kita sekarang kembali ke lingkungan kita sendiri, bagaimana dengan anak-anak kita ? Yang saya khawatirkan adalah bahwa anak-anak tersebut selalu berada di depan televisi karena sesuai dengan permasalahan yang telah pernah saya ulas, televisi adalah momok terbesar bagi pendidikan sekarang ini. Jika televisi terebut memilih program yang mendidik, mungkin anda bisa saja menolak anggapan ini, tetapi rationya berapa persenkah ada tayangan yang mendidik ? Kita wajib tahu bahwa setiap anak kita mempunyai potensi yang luar biasa, itu saja. Jangan pernah menganggap bahwa anak kita ini kurang ini atau kurang itu dsb. Dengan berpikiran positif, kita bisa menstimulasi anak kita dengan berbagai pembelajaran yang bisa mengembangkan kreatifitas dan otaknya.

Professor pendidikan dari universitas chicago, Benyamin s. Bloom menemukan fakta bahwa 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk sejak berada dalam kandungan sampai usia 4 tahun. Kemudian 30 % potensi berikutnya terbentuk pada usia 4 – 8 tahun. Sehingga betapa mengejutkan bahwa ternyata 80% potensi dasar manusia terbentuk di rumah, justru sebelum mulai sekolah.

Jika kita menyadari fakta-fakta ini, ada beberapa tindakan yang harus segera kita lakukan, jika memang kita ingin berubah:
1. Orang tua (ayah dan ibu), harus belajar semua hal yang berhubungan dengan metoda-metoda pendidikan anak
Karena orang tua merupakan guru yang pertama, maka hendaklah kita selalu mengkaji pendidikan usia dini dengan cara belajar sehingga mampu menguasainya sehingga bisa kita terapkan pada pendidikan anak-anak kita.
2. Mengendalikan unsur-unsur saluran bawah sadar anak kita.
Dengan menyadari adanya unsur memori dalam otak manusia yang selalu menerima masukan apa adanya tanpa memilahnya terlebih dulu, maka hendaklah kita yang berusaha memisahkan unsur tersebut dengan memberi penjelasan secara detil kepada anak.
3. Arahkan anak-anak kita kepada hal-hal yang baik di lingkungannya
Meskipun tidak tertutup kemungkinan otaknya tercemar hal-hal yang buruk, namun ada baiknya kita membentenginya dengan masukan-masukan yang baik sehingga dia dengan sendirinya mampu memisahkan tanpa perlu kita awasi karena telah kita bangun fundamen atau landasan yang kuat, terutama jika kita berpijak pada agama.
4. Kembangkan rasa percaya diri anak
Dengan mendukungnya secara moral sehingga terbentuk kepercayaan diri yang kuat, maka anak akan lebih kuat menghadapi tekanan dari lingkungannya dari pada anak yang rendah diri.
5. Doronglah kemauan anak untuk belajar
Kita harus memberi contoh yang baik bahwa bukan hanya anak saja yang harus belajar, kita pun sebagai orang tua juga harus mau belajar, termasuk berbagai metode pendidikan anak shingga bisa kita tanamkan pemikiran bahwa belajar itu tidak mengenal waktu dan usia.
6. Berikan opini yang bagus atas hasil kreatifitasnya
Opini kita akan membentuk pengertian dasar atas penghargaan pada hasil kreatifitasnya, meskipun masih kita rasa kurang, tetapi jangan sampai kita mencemooh hasil yang telah dia lakukan karena ini akan berbahaya bagi kelangsungan rasa percaya dirinya.

Demikian dulu artikel kita kali ini semoga berguna. Jika ada kekurangan dalam tulisan ini mohon kiranya dimaafkan.

Wassalam...

Tuesday, October 7, 2008

Minal Aidin Walfaidzin

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,



Kami sekeluarga atas nama Hamiseno Family mengucapkan :

Taqobalallahu Minna Waminkum Minal Aidin Walfaidzin
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1429H
Mohon Maaf Lahir Batin atas segala kesalahan dan kekhilafan kami selama ini dengan kata-kata yang mungkin kurang berkenan di hati rekan-rekan semua.

Tiada manusia yang sempurna dalam hal berkata dan bertindak
Tiada pula kesempurnaan batin dan hati
di mana insan ini tidak mau berserah diri dan menunduk
berusaha merajut impian, menata hati dan perbuatan
dengan berserah diri pada-Nya
Semua harus dijalani dengan pasrah dan berserah
dengan lapang dada
di saat tangan terulur untuk meminta dan memberi
satu kata yang mudah diucap
namun sulit diikhlaskan...
Maaf....

Wabilahi taufiq walhidayah,

Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.

Hamiseno Family


Tuesday, September 16, 2008

Aktifitas si Kecil...





Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Sekian lama saya tidak posting, terkadang kangen juga untuk beredar di dunia maya, mengarang cerita dan berbagi rasa dengan sesama blogger yang tercinta. Sekali lagi, mumpung masih dalam suasana puasa, kami sekeluarga mengucapkan Selamat menunaikan ibadah puasa semoga amal dan ibadah kita selama ini diterima-Nya. Semoga juga kita senantiasa bertekad untuk selalu melakukan perbuatan yang baik dan diridloi-Nya, serta senantiasa dalam lindungan-Nya... amiin.

Sekedar intermezo, berikut akan kami sampaikan kegiatan Nadia selama ini, dengan semakin besarnya Nadia (sekarang berumur 3,4 th), Nadia sudah minta untuk ikut dalam kegiatan sekolah, meskipun hanya Playgroup. Ada beberapa hal yang menarik dari kegiatannya selama ini. Dari awal yang hanya mencorat-coret tembok rumah dengan crayon (sudah menghabiskan 3 set crayon) berupa pemandangan abstrak imaji anak, akhirnya sekarang ini berkembang menjadi gambar beraliran naturalis khas anak-anak.

Mungkin ada orang tua yang beranggapan bahwa ekspresi anak menggambar harus disalurkan ke media yang benar, seperti pada kertas ataupun media gambar lainnya. Namun, bagi kami hal tersebut tidak berlaku (mungkin ada yang tidak setuju dengan pendapat ini). Sebagai contoh, dengna membiarkan anak berkreasi tanpa batasan media dsb, terbukti Nadia bisa mengerti (bukan menghafal) seluruh warna pada saat dia berumur 2 tahun.. dari merah, jingga (orange) sampai ungu, semua dimengertinya.. jadi bukan hanya warna-warna primer saja yaitu merah, hijau, dan kuning.

Setelah berumur 3 tahun, Nadia kami bimbing untuk menggambar dengan berdasarkan logika. Istilahnya menggambar dengan bentuk yang proporsional. Jika menggambar orang, maka harus diberi rambut, mata, hidung, bibir, badan, kaki dsb. Jika menggambar bunga ya harus dengan tangkai dan daunnya. Dengan pelatihan ini, kami harapkan si kecil bisa mengerti bahwa segala sesuatu yang dihadapi nantinya harus diperhatikan secara detil termasuk dalam hal perencanaan. Jadi kami mengharap Nadia bisa belajar untuk mengerti secara keseluruhan (meskipun jauh dari sempurna), bukan hanya melihat sekilas. Sehingga ketergesaan yang bisa berakibat dengan kecerobohan bisa diantisipasi sebelumnya.

Ada hal menarik yang membuat kami terkejut, yaitu kemampuan daya ingat anak yang ternyata begitu peka. Saya pernah membelikan dia CD berupa pelajaran bentuk bangun, warna, huruf dan pengenalan alam yang memberikan informasi beragam tentang hal tersebut (dalam bahasa Inggris) ternyata suatu saat yang tidak pernah saya perkirakan, Nadia bertanya kepada saya tentang warna-warna. Kemudia dia menyebutnya dalam bahasa Inggris yang kesemuanya benar. Bahkan pada saat saya bolak-balik Inggris-Indonesia maupun Indonesia-Inggris, dia bisa mengerti padan katanya. Ini hal terbaru yang merupakan pelajaran bagi anda yang mempunyai anak kecil -- bahwa pelajaran visual (dari CD-TV) ternyata lebih mudah dimengerti dari pada pelajaran book oriented --Bagi anda yang sudah mempunyai anak harap berhati-hati dalam menonton TV karena imbasnya sangat besar bagi kemampuan anak dalam menstimulasi otaknya.

Berikut ini kami sampaikan beberapa gambar Nadia yang dicoretkannya di tembok rumah kami. Dari urutannya, yaitu Bunga, Bapak, Ibu, dan Nadia... anda mungkin akan tertawa melihat gambar tersebut, tetapi bagi kami ini merupakan Nadia's achievement terbesar yang bisa ditorehkannya dalam umur yang masih menginjak 3 tahun.

Demikian posting untuk kali ini, nanti akan kami sambung lagi dengan topik yang lain...

Wassalam

Friday, June 27, 2008

Puzzle for Children


Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Sudah lama tidak mem-posting sesuatu, ingin rasanya tangan ini menulis sesuatu. Mengingat Nadia adalah sumber inspirasi kami, maka dari dia juga ide ini muncul. Kebetulan hari ini dia baru menyukai Puzzle. Suatu permainan penataan bangun yang berdasarkan pada satu gambar atau pun bentuk ruang yang bisa ditata sedemikian rupa sehingga menjadi suatu deretan atau urutan gambar atau pola tertentu.

Puzzle yang paling bermanfaat adalah puzzle berbentuk kubus ataupun bentuk bangun geometri lainnya. Menurut bedlamp puzzle, bentuk ini yang paling bisa memberikan banyak manfaat bagi si kecil. Tetapi, pada garis besarnya, puzzle memang bermanfaat bagi anak antara lain :

  1. Puzzle dapat memberikan tantangan bagi anak untuk bisa memberikan suatu pemecahan masalah dan bagaimana cara mengatur dan mengatasinya.
  2. Anak akan bisa memberikan perhatian yang lebih lama pada suatu hal (konsentrasi) karena dia harus berpikir untuk menata puzzle tersebut dengan tidak membagi perhatian pada hal yang lain di sekitarnya.
  3. Si anak akan berlatih membedakan mana tugas yang penting atau mana yang bukan. Karena penyusunan puzzle memerlukan ketelitian pengaturan tersebut (jika puzzlenya berwujud gambar, dia harus mengurutkan agar puzzle tersebut tidak menjadi berantakan karena kesalahan peletakan)
  4. Anak tidak akan mudah frustasi, karena setiap persoalan pasti ada jalan dengan cara berlatih puzzle ini. Ini juga bisa memberikan indikasi seperti pola mental anak kita. Jika dia mudah menyerah pada saat penataan puzzle ini, maka kita sebagai orang tua harus mulai waspada pada perkembangan mentalnya
  5. Anak akan berusaha mencari jawaban dengan jalan menganalisa ataupun bergantung pada orang lain untuk memecahkan kebuntuan masalah, sehingga terjalin interaksi sosial yang baik. Ini juga bisa melatih intuisi anak untuk lebih kritis terhadap suatu masalah.
  6. Anak akan mulai berpikir bahwa pemecahan masalah biasanya terdiri lebih dari 5 cara.
  7. Pikiran anak akan lebih rileks jika dia menghadapi masalah dengan jalan melatih ketajaman intuisi dalam puzzle ini. Dia sudah terbiasa menghadapi tekanan, maka jika dia berhasil keluar sebagai pemenang, maka akan menambah kebanggaan hatinya

Demikian banyak keuntungan atau benefit permainan puzzle. Mengapa tidak kita tingkatkan daya penalaran anak kita dengan hal-hal yang kelihatannya sepele seperti puzzle tersebut ? Toh harga sebuah puzzle juga tidak mahal ?

Semoga postingan kali ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalam....

Wednesday, June 11, 2008

Jumpa di tahun 2008


Assalamu 'alaikum wr.wb.


Dear All,


Selamat pagi semuanya...... lama tidak meng-update private blog ini, sebenarnya kangen juga. Hanya waktu yang membatasi semuanya. Aktifitas bejibun yang mengurangi dan berakibat blog terbengkalai...hu...hu... sayang. Bahkan untuk minggu pun kadang masih saja beraktifitas.


Untuk menghilangkan rasa kangen, saya akan memulai ngeblog lagi meski dengan hal-hal yang ringan. Istilahnya untuk snack pembuka di tahun 2008. Seperti kata Kang Megono bahwa tahun sudah berlalu 5 bulan tetapi filenya masih di tahun 2007. Maafkan saya, bukannya disengaja, tetapi karena sibuuuuuk (he..he... sampai ngeblog pun tidak sempat).


Bulan Juli nanti Nadia akan memulai kehidupan baru sebagai seorang siswa, meskipun masih di Kelompok Bermain. Umurnya kan baru 3 th, tinggi 101 cm, berat 19,7 kg. Wadhuh seperti sensus anak saja ya.... Nadia memang tergolong besar di kelasnya (sering mengulas Elok Motor Club sih)... Seluruh bajunya sekarang adalah baju untuk anak berusia 5 th. Jadi anda bisa membayangkan betapa jumbonya dia sekarang ini, padahal bapak ibunya kecil-kecil... sampai ada yang bertanya anaknya kerasukan gen dari mana nih......


Nadia sekarang sudah mulai kritis untuk mengkritik sesuatu yang berbeda dengan pendapatnya. Itulah yang membuat kami selaku orang tuanya sesegera mungkin memasukkan dia ke sekolah, lagi pula Nadia sendiri yang meminta.


Selain itu, dia juga suka bergaya. Anda bisa melihat gayanya di foto terlampir. Seperti anak yang sudah dewasa saja, padahal waktu difoto, kami tidak mengarahkannya untuk bergaya seperti tsb.


Cukup sudah ngeblog kali ini, nanti kami sambung lagi.


Wassalam