Thursday, December 27, 2007

Toleransi terhadap anak

Dear All,

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Bejibun pekerjaan yang dilakukan membuat kesempatan kami untuk on line menjadi semakin jarang. Tetapi meskipun demikian, setiap ada kesempatan akan selalu saya gunakan untuk membuat postingan baru yang mungkin bisa digunakan untuk "sharing" bagi sesama parents. Untuk tema kali ini saya mengambil tema toleransi.

Kata toleransi sendiri berasal dari bahasa Inggris yaitu "tolerate", kalau dalam bahasa Indonesia berarti sabar menghadapi atau mungkin mendekati arti "maklum" -- sepertinya kata ini juga serapan dari bahasa Arab... mohon dikoreksi kalau salah.

Toleransi yang akan kita bahas adalah toleransi terhadap anak dalam hal aktifitasnya sehari-hari. Kita sering mendapati si kecil melakukan hal-hal yang membikin kita jengkel. Seandainya kita memarahi atau menghukum dia, terkadang kita tidak mengetahui batasan toleransi yang kita berikan untuk memberikan hukuman atau mendiamkannya.

Toleransi di sini memang berhubungan dengan batasan atau standar kita untuk tidak memberikan hukuman bagi si kecil. Jika dari awal sudah menggariskan standar toleransi, tidak mungkin kita selalu memberikan hukuman bagi si kecil. Jadi, kenakalan anak pun mempunyai skala prioritas. Toleransi anak ada dua macam, yaitu :

1. Toleransi perbuatan
Kita bisa memulai batasan toleransi anak agar tidak dihukum dari hal-hal yang sepele misalnya tidak mau tidur, tidak mau diam dsb, tetapi itu semua tergantung dari kita sebagai orang tua. Saya tidak berani memberikan batasan di sini, karena saya rasa toleransi masing-masing orang tua berbeda-beda (relatif). Nah, batasan akhir toleransi perbuatan adalah jika si kecil mulai melakukan perusakan, baik itu mainan ataupun perabot rumah tangga. Jika dia melakukan hal-hal tersebut, berarti kita harus memberikan teguran atau pun hukuman bagi si kecil. Lihat lagi posting tentang Hukuman.

2. Toleransi perkataan
Anak sering mengungkapkan kata-kata yang tidak lazim sebagai akibat dari pergaulan dengan lingkungannya. Ini yang perlu kita waspadai, karena pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak sangatlah besar. Kita sebagai orang tua harus bisa memberikan batasan toleransi perkataan yang harus kita larang atau tidak diperbolehkan. Karena jika dalam hal perkataan yang jelek kita biarkan, maka tidak menutup kemungkinan itu akan berlanjut menjadi kebiasaan sampai dewasa kelak.
Tentu kita tidak ingin diri kita sebagai orang tua dicap tidak bisa mendidik anak dengan baik hanya karena anak kita sering mengeluarkan kata-kata kasar dsb.

Nah untuk kelanjutan penanganan toleransi ini, silakan untuk membaca posting Hukuman.

Demikian dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat selalu.

Wassalam

Monday, November 26, 2007

Hukuman bagi si Kecil

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear all,

Lama tidak membuat posting jadi berasa kangen......
Untuk kali ini saya posting hal yang berhubungan dengan si kecil lagi, yaitu tentang hukuman. Seringkali kita dipusingkan tingkah anak kita entah itu karena bertingkah semau sendiri ataupun mencari perhatian kita dengan jalan melakukan hal yang tidak menyenangkan. Alhamdulillah, Nadia sampai sekarang ini tidak pernah bertingkah aneh yang bisa memusingkan kepala kedua orang tuanya. Tetapi kalau boleh saya sarankan bagi anda yang mempunyai anak yang aktif (atau terkesan nakal), harap memakluminya karena itu merupakan proses kematangan emosionalnya.

Kita sebagai orang tua biasanya mengharapkan hal-hal yang baik (menurut kita) dari si kecil. Inginnya mempunyai anak penurut, mudah dinasehati, tidak bertingkah aneh-aneh ataupun hal lain yang kurang menyenangkan lainnya. Jika si kecil bertingkah hal yang tidak sesuai keinginan kita atau keterlaluan, sering ada orang tua yang memberikan hukuman. Hukuman bisa membuat si kecil jera, atau malah semakin menjadi-jadi, tergantung sifat anak kita dan cara kita memberikan hukuman dan pengertiannya.

Macam Hukuman
Ada dua hal hukuman yang bisa kita berikan pada si kecil :

a. Hukuman Non Fisik :
Hukuman yang diberikan melalui ucapan atau tindakan kita.
1. Hukuman ucapan
Kita menegurnya saat si Kecil melakukan kesalahan. Di sisi ini kita juga harus memberikan pengertian bahwa dia telah melakukan kesalahan. Saya ingatkan, jangan pernah menegur si Kecil dengan ucapan yang kasar. Ucapan kasar akan berpengaruh pada komunikasi sosialnya. Apalagi fase pra sekolah. Daya ingat si Kecil teramat peka pada hal-hal yang baru, sehingga kita perlu membinanya dengan memberikan contoh yang baik saja.
2. Nasehat
Hukuman non fisik bisa juga berarti nasehat. Jika dia melakukan kesalahan, anda bisa memberikan pengertian tentang benar salahnya, efek kesalahan tersebut, solusi menghindarinya serta cara memperbaiki sikap atas kesalahan yang telah dilakukan.

b. Hukuman Fisik :
Hukuman yang diberikan dengan jalan memberikan peringatan yang berhubungan dengan fisik pada si kecil, seperti menjewer, mencubit dsb. Hukuman ini harap diberikan jika si Kecil keterlaluan. Ada baiknya diberikan hukuman non fisik terlebih dahulu.

Efek Positif Hukuman fisik
1. Si Kecil mungkin akan menuruti kita sesudah mendapatkan hukuman tersebut, namun jangan sampai intensitas hukuman fisik yang kita berikan terlalu sering, karena bisa saja dia berkeyakinan bahwa setiap kesalahan pasti berbuah hukuman. Ini sangatlah berbahaya bagi perkembangan jiwanya.
2. Si Kecil akan merasa bahwa tindakannya benar-benar keterlaluan sehingga perlu dihukum secara fisik.

Efek Negatif Hukuman Fisik
1. Si Kecil bisa saja dendam pada si pemberi hukuman jika hukuman fisik diterapkan sesering mungkin pada setiap kesalahan yang dia lakukan.
2. Si Kecil akan merasa diperlakukan tidak adil karena mendapatkan hukuman atas kesalahan yang menurutnya "biasa saja".
3. Jika si Kecil berjiwa pemberontak, maka hukuman fisik akan membuatnya lebih tahan hukuman. Dan kemungkinan, akan berpengaruh pada hubungan sosial dengan teman-temannya. Bisa saja si Kecil melampiaskan kemarahan atas hukuman yang diterima pada teman-temannya.

Kedua bentuk hukuman tersebut di atas sama pentingnya, tetapi untuk si kecil saya sarankan untuk lebih memperhatikan pada hukuman non fisik dulu. Hukuman non fisik lebih bermanfaat bagi segi kejiwaan anak. Seandainya si Kecil bertingkah "keterlaluan", setelah kita berikan hukuman non fisik berkali-kali tidak berubah --- dalam pengertian kenakalan anak, maka perlu juga sesekali kita berikan hukuman fisik. Itupun jangan sampai kebablasan.

Anak yang lebih sering terkena hukuman non fisik, kemudian sesekali dihukum fisik akan lebih mudah merasa bersalah dari pada anak yang sering mendapatkan hukuman fisik.

Itu dulu posting kali ini, semoga bermanfaat adanya.

Wassalam...

Tuesday, October 23, 2007

Fase bercerita

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Taqobalallahu minna Waminkum Minal Aidin Walfaidzin, Kami sekeluarga mengucapkan Selamat Hari raya Idul Fitri 1428 H kepada segenap sahabat yang telah banyak membantu kami dengan berkunjung ke Blog ini. Mungkin selama ini banyak kesalahan yang kami perbuat melalui tulisan atau komentar yang kami lakukan secara tidak sengaja. Kami mohon maaf lahir dan batin, semoga segala kesalahan tersebut bisa dimaafkan, termasuk lama sekali tidak membuat posting untuk sahabat semua disebabkan karena kesibukan yang tidak bisa ditunda sama sekali.

Pencerita Kecil

Postingan kali ini akan saya ungkap tentang hobi baru Nadia yaitu senang bercerita. Saat kami ajak ke suatu tempat, entah ke Mall, ke tempat saudara, atau tempat yang lain, sesampainya di rumah pasti dia akan menceritakan segala sesuatunya kembali. Dengan lafal bocahnya (caranya bercerita selalu lucu dengan ekspresi yang membikin gemes kami), dia ceritakan semua yang menarik perhatiannya. Termasuk saat kami (orang tuanya) pulang kerja dan capek, "dipaksa" untuk mendengarkan celoteh Nadia tentang kegiatannya seharian.
Mungkin bagi yang sudah pernah mempunyai anak kecil akan terasa menyejukkan hati kita sebagai orang tua, tetapi bagi anda yang belum pernah mengalami, mungkin hal tersebut menjemukan ...(mungkin lho)....
Kelucuan dan keluguan Nadia tersebut bagi kami sangat menghibur untuk menanggalkan kepenatan setelah seharian bekerja. Bahkan Ibunya Nadia sering lupa makan saat mendengar celoteh Nadia ini.

Sikap kita
Sikap kami sebagai orang tua atas fase pencerita ini adalah :
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Di usia seumurnya (2-5 th), anak pasti butuh perhatian yang lebih, karena hubungan sosialnya masih berkisar di antara keluarga dan tentangga. Sehingga, kita sebagai orang tua wajib mendengarkan setiap detail ceritanya sebagai wujud perhatian kita.
b. Memberikan komentar
Selain mendengarkan, kita juga wajib memberikan komentar atas cerita tersebut, Di sini, si kecil akan merasa "diorangkan" karena ceritanya menjadi cerita dua arah. Sehingga terwujudlah komunikasi yang lancar.
c. Membiarkannya bercerita sesuai dengan imajinasinya
Keuntungan dari membiarkannya bercerita sesuai dengan imajinasinya adalah kita mendidik anak untuk bisa mengasah pikirannya untuk berinovasi dengan daya khayalnya. Seperti Nadia pernah menceritakan putri Salju, Badut ataupun hal lain yang mungkin terasa ganjil di waktu-waktu kita saat itu. Tetapi hendaklah kita tanggapi dengan bijak khayalannya tersebut untuk sekedar mengasah imajinasinya tersebut. Bukankah kemajuan teknologi sekarang ini tercapai karena dorongan imajinasi atau mimpi para ilmuwan terdahulu ?

Keuntungan dari Fase Pencerita

1. Penguasaan bahasa
Dengan bercerita, anak bisa kita arahkan untuk menguasai bahasa yang digunakan termasuk pada lafal, tata bahasa dan penggunaan kata dalam bercerita. Biarkan dia bercerita dengan bahasanya, kemudian sedikit demi sedikit kita berikan pengarahan untuk membetulkan tata bahasanya. Ini akan melatih penguasaan bahasanya.

2. Memperluas pandangan sosial anak
Dengan bercerita, kita memberikan kesempatan si kecil untuk memperluas pandangan sosialnya. Pasti dia bercerita atas dasar pengalaman yang telah diperolehnya, entah dari tetangga, teman, TV ataupun sumber-sumber yang lain. Dengan membiarkannya bercerita, maka kita telah memperluas pandangannya, bukan hanya di seputar rumahnya.

3. Menghilangkan sifat Introvet anak
Banyak anak yang bersifat introvet karena tidak diberikan kesempatan untuk bercerita di hadapan orang tuanya. Dengan membiarkannya bercerita, kita bangun kepercayaan dirinya untuk mengungkapkan semua hal yang ada di pikirannya, sehingga kecenderungan introvet si kecil bisa terkikis sedikit demi sedikit.

Mungkin masih banyak lagi keuntungan lain yang kita peroleh dari si kecil yang melalui fas pencerita ini. Jika anak anda pendiam, ada baiknya anda pancing untuk melakukan komunikasi dengan orang lain baik itu orang tua, pengasuh, tetangga ataupun yang lainnya. Semoga artikel ini berguna bagi kita semua.

Wassalam..




Wednesday, September 26, 2007

Ngerjain PR

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Mungkin lama nggak ngeblog, makanya sedikit kuper ..... waktu ngebuka shoutbox terlihat ada comment dari Aura tentang PR yang harus dikerjakan..... pertama kalinya bingung ... PR apa ya... Kupikir adalah PR sekolah, soalnya Aura masih sekolah, ternyata bukan....he..he....
Pada waktu blog walking, ternyata demam bikin PR ini juga melanda seluruh sohib blogger lainnya... jadi begitu ya..... OK lah, biar bisa mendekatkan diri dengan para sahabat, akan saya ungkap 8 hal tentang saya :

1. Suka Touring
Baik dengan family maupun temen-temen. Dulu waktu kuliah juga pernah touring berempat keliling Jawa Tengah. Eh... waktu sudah berkeluarga, hobby ini masih berlanjut, lingkungan yang mendukung, soalnya bapak-bapak di tempatku sebaya semua yang kebetulan suka touring pakai motor. Karena itu kami membentuk EMC ... mungkin sudah banyak yang tahu....

2. Suka humor
Humor perlu kita lakukan untuk menghilangkan stress setelah bekerja atau sekolah seharian. Kita bukanlah robot yang hanya bekerja dan mencari uang. Asal humor yang dilakukan tidak humor yang kelewatan alias suka menyinggung teman.

3. Tidak begitu suka ngemall
Dulu pernah sering ngemall pada waktu masih kuliah, tetapi lama-lam kok bosen ya.. akhirnya sesekali saja. itu pun pada hari libur minggu atau kalau pas kepengin.

4. Suka bikin puisi
Itu dulu.... apalagi pada waktu pacaran (he..he...). Tahu-tahu kalimat yang mendayu-dayu membubung tinggi ke angkasa dari pikiran yang muter tidak karuan. Tangan mengambil pena dan mengguratkan tarian di atas kertas..... sayang sekarang sudah jarang.

5. Suka usil
Kalau sifat ini mungkin bawaan dari bayi. Soalnya di kantor kalau pas tidak banyak kerjaan juga suka ngerjain temen-temen.....

6. Suka organisasi
Ini hobby yang barusan saja. Pada waktu sekolah (SMP dan SMA) dulu, tidak pernah yang namanya ikut organisasi... orang ngomong di depang kelas saja lutut gemetaran, peluh membanjir dan tahu-tahu radang tenggorokan alias panas dingin. Tetapi begitu kuliah.... tahu-tahu keinginan tersebut muncul, bahkan pernah jadi Wakil Ketua Senat, pernah juga menjadi ketua RW periode tahun kemarin ...nah..lho... Padahal usiaku waktu itu paling muda di antara bapak-bapak yang lain. Aneh khan ?

7. Malas dengan segala hal yang rutin
Ini sifat yang paling ku benci. Padahal kalau bekerja atau sekolah, khan kita harus bergulat dengan rutinitas, makanya terkadang aku suka membikin terobosan (atau ulah ya ?) untuk nelakukan sesuatu yang ada di luar jalur.....

8. Suka Corat coret gambar kartun
Ini hobby sejak kecil, lagian sekarang juga didukung oleh Nadia yang selalu ingin dibuatkan gambar badut, burung,dll .....cuman nggak begitu bagus.

Mau mencari temen2 yang belum mendapat jatah pr kayaknya kok sudah semua, jadi ya terpaksa dipending aja...

Ini kutipan dari blognya Aura :
Jangan lupa tulis rules di bawah ini ya...
1. Each blogger must post these rules
2. Each blogger starts with eight random facts/habits about themselves
3. Bloggers that are tagged need to write on their own blog about their eight things and post these rules. At the end of your blog, you need to choose eight people to get tagged and list their names.
4. Don't forget to leave them a comment telling them they've been tagged and to read your blog.
Home works is done, now is your turn my buddies.

Thanks to Aura.... PR ku sudah dikerjakan.. silahkan beri penilaian....

Wassalam

Monday, September 24, 2007

Puasa ........

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Lama sekali tidak posting nih.... Kangen juga rasanya. Rencana puasa posting yang satu minggu tertunda menjadi hampir 2 mingguan.... kasihan pada para sahabat blogger yang berkunjung....
Posting kali ini pun sempat bingung akan memasukkan ide apa ya di dalamnya.... mengingat ini masih bulan puasa, ada baiknya saya buka saja lembaran pengantar puasa bagi si kecil ....

Hukum Puasa
Puasa di bulan Romadhon kita banyak yang tahu wajib hukumnya bagi orang-orang yang beriman seperti yang sudah sering kita dengar di kultum dan khotbah (selalu di singgung di saat menjelang, menjalani bahkan akhir puasa) dari Surat Al Baqoroh : 183 bahwa kita (yang beriman) diwajibkan untuk berpuasa seperti para leluhur kita agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa. Saya tidak akan membahas tentang puasa dan korelasinya di sini dengan ayat tersebut (takut kalau salah...) tetapi lebih pada aplikasinya pada si kecil.

Pengertian bagi si Kecil
Sebagai muslim, kita wajib menanamkan sejak dini arti puasa, hukum dan manfaatnya bagi tubuh kita. Sudah banyak disinggung di berbagai artikel tentang manfaat puasa, dari segi kesehatan maupun manfaatnya untuk mengatur metabolisme tubuh. Tetapi pengertian ini akan menyulitkan pemahaman si kecil seandainya kita berikan pengertian layaknya anak yang sudah beranjak dewasa. Ada baiknya kita berikan bahwa puasa itu wajib dijalankan oleh kita atas perintah Allah SWT. Meskipun wajib, kita tidak boleh memaksanya untuk berpuasa dengan waktu yang seharusnya dilaksanakan. Berikan pengertian bahwa untuk anak kecil, puasa itu sekuatnya saja. Meskipun begitu, kita harus melatihnya untuk meningkatkan kualitas puasanya baik itu dari waktunya maupun pengekangan emosi (bukankah puasa itu bukan hanya menahan makan dan minum ?)

Berlatih puasa
Nadia selalu ikut bangun pada waktu makan sahur, meskipun kompensasinya tidur paginya lebih panjang menjadi sekitar jam 10 baru bangun. Tanpa memaksanya dia selalu bangun untuk ikut bersahur. Mungkin latihan ini bisa membuatnya mengetahui waktu sahur dan berbuka.
Kita berikan contoh untuk melaksanakan puasa bagi si kecil dengan berpuasa secara komplet. Kita coba mengajaknya berpuasa dari subuh sampai jam 10, kemudian ditingkatkan lagi di hari berikutnya menjadi jam 11 dan seterusnya. Insya Allah dengan latihan tersebut anak kita akan terbiasa berpuasa jika dia sudah kuat puasa kelak.

Berusahalah mengerti
Jika anak kita berpuasa tetapi tidak sesuai dengan kehendak kita, jangan pernah memaksakannya. Cobalah untuk mengerti, mungkin saja dia terpengaruh teman-temannya atau juga memang tidak kuat. Galilah penyebab ketidak mampuannya berpuasa. Tetapi sesuai dengan perkembangan umurnya, saat dia sudah berumur 7 tahun, maka wajiblah dia untuk berpuasa secara lengkap seperti wajib pula bagi dia untuk melaksanakan sholat wajib.

Puasa berarti mengekang diri
Pengekangan diri adalah hal tersulit bagi kita untuk dilaksanakan. Bukan hanya untuk anak kecil, bahkan kita pun secara tidak sadar akan mungkin lepas kontrol, apalagi pada saat puasa. Saat perut lapar, haemoglobine turun, energi tubuh ditimbulkan oleh pembakaran sisa lemak tubuh, sehingga badan terasa lemah, panas dan mudah emosi, maka tidaklah heran jika kita mudah emosi. Di sinilah seni puasa tersebut. Jika kita berhasil mengendalikan emosi maka berarti kita telah lulus ujian selama satu kali. Cobalah memberikan penjelasan yang mudah pada si kecil untuk tidak cepat marah.

Hadiah
Mungkin hal terakhir ini perlu kita berikan pada si kecil agar dia mau berpuasa secara utuh. Dengan pemberian hadiah, mungkin dia akan terpacu untuk berpuasa. Bukankah kita sering melakukannya (membelikan dia baju baru saat lebaran tiba) ? Anggap saja hadiah tersebut hadiah Lebaran meskipun terkesan sebagai hadiah puasa.

Wah.. jadi panjang lebar ya postingan kali ini .... Semoga berguna bagi kita semua...

Wassalam....

Tuesday, September 11, 2007

Puasa 1 minggu

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,
Postingan kali ini bukan ada hubungannya dengan bulan Romadhon, tetapi memang karena keadaan harus puasa ..... ngeblog..... selama 1 minggu. Ada pekerjaan yang menumpuk yang tidak bisa ditinggalkan untuk sekedar update posting. Mohon maaf sekiranya para pembaca sedikit kecewa karena belum menemukan postingan yang baru.
Kedua kalinya kami ucapkan banyak terima kasih kepada para sahabat yang berkenan mengunjungi blog ini. Kami berjanji pada saat pekerjaan yang menyita waktu tersebut selesai, pasti akan kami kunjungi balik.

Please kindly leave your message into our shoutbox, so when I already had time will keep blogging to join with you again.

Mumpung masih awal puasa ada baiknya saya ucapkan Allahumma Baarik Lana Fii Rajab, Wa Sya'ban Wa Ballighna Syahra Ramadhan, Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Taqabbal Yaa Kariim .Semoga Allah SWT menerima amal ibadah kita semua, Amin. Marhaban ya Ramadhan, selamat menunaikan puasa bagi yang menjalankan dan Mohon maaf lahir dan batin atas segala kesalahan yang kami perbuat pada sahabat selama ini.

Wassalam...

Tuesday, September 4, 2007

Maafkan saya..........


Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Mumpung masih belum banyak pekerjaan, saya mau posting untuk satu hal yang penting bagi perkembangan sosial anak kita... yang mungkin terkadang tidak kita sadari... yaitu kata MAAF.
Untuk kata yang satu ini, kalau kita mau jujur, mungkin sangat tabu untuk diucapkan, apalagi kata jujur itu sendiri. Saya mempunyai banyak teman dari Jerman yang terbiasa dengan kultur Eropa yang kental, mereka banyak berbicara terus terang.... kalau A dia akan berkata A. Dan jika dia melakukan kesalahan, dia akan segera minta maaf... ini sekedar intermezo saja bahwa kita yang hidup dengan budaya timur... terus terang mungkin agak sungkan untuk meminta maaf...... kecuali kalau lebaran.....he..he....

Kembali ke si Kecil. Kita wajib mengarahkan si kecil untuk meminta maaf secepatnya saat dia melakukan kesalahan. Dengan catatan, dia benar-benar melakukannya. Seandainya ada sebab lain yang mendorongnya, kita harus mencari tahu.... apa penyebabnya. Misalnya dia bertengkar dengan temannya (temannya yang memulai) dan si Kecil membalas, bisa kita katakan bahwa itu sudah adil, fair... meskipun tetap harus saling meminta maaf. Hal ini kita tanamkan sejak kecil agar si Kecil tidak terlalu "tenggelam" dalam rasa bersalahnya. Jika si Kecil termasuk kategori introvet, maka akan lebih sulit lagi penanganannya. Dia akan merasa tidak pernah melakukan hal-hal yang benar sehingga akan lebih cenderung hidup sendiri dalam dunianya. Kita harus menjelaskan bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kekeliruan, meskipun itu orang tua sekalipun, sehingga kesalahan bukanlah sesuatu yang buruk, justru akan menjadi pendorong kita untuk bisa maju. Ingat Thomas Alva Edison yang dianggap bodoh di kelasnya dan selalu gagal dalam percobaannya ternyata akhirnya banyak menemukan hal-hal yang berguna bagi orang lain... terutama penemuan bolam listriknya yang masih kita pakai sekarang ini.

Cara menjelaskan pada anak tentang kata Maaf
  • Kita arahkan si Kecil untuk meminta maaf dengan lemah lembut, bukan dengan menyuruhnya. Kata kata yang lemah lembut akan mengurangi ego si Kecil dalam bertindak.
  • Kita berikan contoh pada si Kecil untuk meminta maaf. Mungkin kita pernah melakukan kesalahan, misalnya karena harus bekerja dan pulang terlambat padahal sudah janji pada si Kecil untuk pergi atau urusan yang lain, mulailah untuk minta maaf padanya. Dengan memberi contoh, maka dia akan tahu bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan dan harus menebusnya dengan meminta maaf.
  • Biasakan diri dan si Kecil untuk selalu melakukannya (meminta maaf) di saat kita melakukan kesalahan.

Manfaat
  • Dengan meminta maaf, kita sudah mengurangi ego si Kecil akan kesalahan yang diperbuatnya. Dia akan tumbuh menjadi seorang yang peduli pada lingkungannya dan pandai menganalisa. Selain itu, pikirannya juga akan peka pada masalah di lingkungannya.
  • Proses analisa si Kecil akan berkembang. Dia akan pandai memisahkan hal-hal yang baik dan buruk. Selain itu, latihlah si Kecil untuk berpikir dahulu benar tidaknya sesuatu sebelum melakukannya. Dia akan terlatih untuk instropeksi diri saat melakukan kesalahan, dan tidak mengulanginya di kesempatan lain.
  • Si Kecil akan berpikir bahwa sesuatu itu tidak ada yang sempurna, apapun itu. Dengan berpikiran realistis tersebut, dia akan melakukan sesuatu dengan analisa yang kuat dan menjunjung tinggi sportivitas. Dia akan mampu menyadari bahwa semua orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dia akan mampu menghargai dirinya sendiri dan orang lain. Ini adalah bekal utama bagi si Kecil untuk bisa bergabung dengan lingkungannya kelak.
  • Menjadikan si Kecil sebagai seorang Pemaaf bukan Pendendam. Bukankah Rasulullah SAW mengajarkan pada kita untuk menjadi seorang pemaaf, meskipun pada musuh sekalipun ? Rasulullah SAW pernah ditimpuk batu dan diludahi oleh tetangganya pada saat melewati rumah tetangganya tersebut. Saat lewat lagi dan tidak ada orang yang meludahinya, Rasulullah SAW heran dan menanyakan ke mana si peludah tersebut. Saat beliau tahu bahwa orang tersebut sakit, maka Rasulullah menengoknya. Subhanallah....
Semoga postingan kali ini berguna bagi kita dalam mendidik si Kecil untuk menjadi orang yang berguna kelak. Amiin...

Wassalam


Source : Nakita

Monday, September 3, 2007

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Benong pagi ini sambil berpikir mau posting apa ya.... dari pada menganggur, sekali-kali posting Nadia di ultahnya yang ke-2 April lalu.....



Mohon commentnya dong...

Wassalam...

Tuesday, August 21, 2007

Money n our baby

Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear All,

Maaf ya lama nggak release posting, maklum baru sibuk berat. Tapi hari ini pasti saya sempatkan untuk menulis demi pelepas dahaga akan artikel... walah... Postingan kali ini sengaja saya ambil pada permasalahan uang dan bayi ataupun anak kita.

Mungkin pembaca semua pernah mengalami dimintai uang oleh anka, saudara ataupun tetangga kita yang masih anak-anak. Kalau anak tersebut adalah orang lain bagi kita, pasti di benak kita akan timbul prasangka negatif. Itu merupakan anggapan yang umum. Seperti yang telah berkali-kali saya tekankan bahwa semua itu berawal dari pendidikan keluarga, demikian juga dengan pengenalan uang pada si kecil.
Saat fase pra-sekolah, anak kita pasti sudah bisa mengenal uang, meski belum pada nominalnya, tapi paling tidak dia tahu bahwa uang merupakan alat bayar. Bisa saja di antara kita ada yang setiap hari dimintai uang oleh anak kita untuk keperluan jajan. Dan sebagai orang tua, kita pasti tidak tega untuk tidak memberinya uang, dengan berbagai alasan menangis, ataupun alasan sosial -- teman-temannya jajan semua, dsb.
Padahal, kebiasaan memberi uang pada anak kita dengan mudah itu lebih mempunyai efek buruk yang mungkin akan berlanjut sampai dia dewasa.

1. Tidak berpikir kreatif
Karena kita sering memberi si kecil uang, maka dia pasti akan berpikir bahwa mendapatkan uang itu juga mudah. Tinggal merengek atau meminta, pasti diberikan. Hal ini akan mengakibatkan tumpulnya kreatifitas anak kita. Solusi : Berikan pengertian bahwa tidak mudah mendapatkan uang, harus dengan bekerja. Latihlah anak kita untuk mengerjakan sesuatu terlebih dulu baru kemudian kita berikan uang yang diminta. alau kita ingin menanamkan kewirausahaan sejak dini, inilah saatnya. Si kecil akan terlatih untuk kreatif dalam mengembangkan kemampuannya. Berikan pujian atas hasil jerih payahnya pada saat kita memberinya imbalan uang.

2. Pandangan negatif
Anak yang sering meminta uang kepada ortu dan setiap orang, maka akan menimbulkan citra negatif bagi lingkungannya. Ana yang matre dsb. Solusi : Jangan biasakan memberinya uang setiap saat. Bisa saja kita berikan, namun jangan setiap saat dia meminta.


3. Boros
Anak yang sering mendapatkan uang dengan mudah, pasti akan segera menghabiskan secepatnya untuk membeli apa saja yang diinginkan. Dari jajan, mainan ataupun yang lain. Jika dia terbiasa seperti ini sejak kecil, saya khawatir dia akan berkembang menjadi orang yang boros. Bukannya kita ajari dia untuk berpelit ria, tapi sebaiknya kita arahkan si kecil untuk membelanjakan uang seperlunya saja. Solusi : Arahkan si kecil untuk membeli barang seperlunya, yang penting saja dan berguna. Ajaklah dia untuk sedikit demi sedikit menabung. Apakah nantinya untuk membeli sepeda, buku dsb. Kebiasaan ini akan menanggulangi hidup boros pada anak kita. Tekankan pengertian bahwa tidak semua hal bisa kita miliki.

4. Uang adalah raja
Anak yang terbiasa mendapatkan uang dengan mudah (apalagi dalam jumlah banyak) akan cenderung berpikir untuk menghabiskannya. Segala hal bisa dia beli. Dari membeli mainan, nraktir teman dsb, yang paling akut adalah jika pada akhirnya dia bersifat "Bossy". Biar diakui teman-temannya atau lingkungan sosialnya, uangnya dihabiskan untuk mentraktir mereka. Ini akan berbahaya. Selain meningkatkan egonya, dia juga akan tumbuh menjadi orang yang money oriented. Segala hal bisa dibeli dengan uang. Segala hal dilakukan demi uang. Apapun bisa dilakukan asal ada uang. Baginya, uang adalah segalanya. Solusi : Tanamkan sejak dini bahwa uang bukanlah segalanya. Di suatu saat kita mempunyai uang tapi di saat yang lain, kita kekurangan. Andaikan roda yang berjalan kadang akan di atas kadang juga di bawah. Di sini penting untuk memberikan pendidikan agama bahwa kita juga perlu mengejar kekayaan akhirat, bukan hanya kekayaan dunia.

Mungkin begitu dulu postingan kali ini, nanti kita sambung lagi dengan topik yang (siapa tahu) sama... Semoga berguna bagi kita semua.
Wassalam...

Thursday, August 2, 2007

Speak up in good Pronunciations


Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear All,
Judul di atas kami ambil tuk postingan kali ini … beiar keren sedikit….biar sok go-international…. Tampa kita sadari terkadang dalam diri kita juga muncul perasaan sok-sok tersebut.. itu kalau mau jujur lho ya…. Posting kali ini saya ambil based on Nadia daily activity yang sering mengucapkan kata-kata yang cadel.. sebenarnya normal untuk anak seusia dia… Saat mengucapkan Om Pras..menjadi O’pas… Om Ari (ari Laso) menjadi O ‘Ari… Farhan menjadi Pa..Han.. dsb yang terdengar lucu di telinga kita…. Untuk rentang usia 2 tahun memang masih normal, tapi seandainya sudah menginjak 3-5 tahun, tentu bukan suatu hal yang wajar. Ini yang perlu kita deteksi sejak dini.

Sayangnya, cukup sulit mendeteksi, apakah kecadelan di usia 3-5 tahun akan berlanjut terus atau tidak. Karena menyangkut sistem saraf otak yang mengatur fungsi bahasa, yakni area broca yang mengatur koordinasi alat-alat vokal dan area wernicke untuk pemahaman terhadap kata-kata. Kerusakan pada area broca disebut motor aphasiam yang membuat anak lambat bicara dan pengucapannya tak sempurna sehingga sulit dimengerti. Sedangkan kerusakan pada area wernicke disebut sensori aphasia dimana anak dapat berkata-kata tapi sulit dipahami orang lain dan dia pun sulit untuk mengerti kata-kata orang lain.

Sebagai orang tua, tugas kita adalah membimbing buah hati kita sebaik-baiknya, termasuk komunikasi dengan teman-teman dan lingkungannya. Cadel adalah hal yang wajar dan sepele, tetapi jika dibiarkan akan berpengaruh pada psikososialnya.

MENCEGAH CADEL

Demi menghindari timbulnya cadel, kita wajib memberikan contoh kata-kata yang benar untuk menstimulasi vocabulary atau perbendaharaan kata-katanya dengan ucapan yang benar. Paling lambat saat anak berusia 2 tahun seperti Nadia, sebaiknya kita mulai waspada. Sering saya dengar tetangga yang mengajari anaknya dengan kata-kata yang mudah dimengerti anak (ikut-ikutan cadel) tetapi akan berpengaruh buruk bagi pelafalannya. Jangan mengganti bunyi "s" dengan "c" atau "r" dengan "l", dan lain-lain. Ini kerap dilakukan tanpa disadari oleh orang dewasa dengan alasan memudahkan. Yang paling sering adalah konsonan "R", semisal "pergi" jadi "pegi" atau "es krim" jadi "ekim". Ucapkanlah kata-kata tersebut apa adanya, sehingga anak-anak kita akan terbiasa untuk meniru…. Karena fase umur pra sekolah adalah fase meniru. Jika kita berikan yang salah, maka akan salah juga akhirnya dan berakibat sulitnya merubahnya. Hal di atas adalah pencegahan cadel, namun kalau dilihat dari latar belakangnya, cadel terjadi karena 4 penyebab, sebagai berikut :

Kurang matangnya koordinasi bibir dan lidah
Kemampuan mengucapkan kata-kata, vokal dan konsonan secara sempurna, sangat bergantung pada kematangan sistem saraf otak, terutama bagian yang mengatur koordinasi motorik otot-otot lidah. Untuk mengucapkan konsonan tertentu, seperti R, diperlukan manipulasi yang cukup kompleks antara lidah, langit-langit, dan bibir.
Solusi : Orangtua harus meluruskan dengan cara menuntun anak melafalkan ucapan yang benar. Tetapi ingat, orangtua tak boleh memaksakan anak harus langsung bisa, apalagi jika saat itu belum tiba waktu kematangannya untuk mampu melakukan hal tersebut. Pemaksaan hanya membuat anak jadi stres, sehingga akhirnya dia malah mogok berusaha meningkatkan kemahiran berbahasanya. Lakukan pula kerja sama dengan guru, sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih maksimal.

Kelainan fisiologis
Cadel yang disebabkan kelainan fisiologis, jumlahnya sangat sedikit. Penyebabnya dibedakan menjadi 3 yakni:
Gangguan pada bagian pendengaran : Gangguan ini dapat berupa adanya kerusakan atau ketidaksempurnaan pada organ-organ yang terdapat di telinga, sehingga bisa memengaruhi pendengaran. Akibatnya, informasi yang diperoleh tidak lengkap sehingga berdampak pada daya tangkap dan tentunya juga memengaruhi kemampuan berbicaranya.
Gangguan pada otak : Di antaranya adalah perkembangan yang terlambat, atau karena penyakit yang diderita seperti radang selaput otak, atau kejang terus-menerus. Beragam gangguan ini dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak sehingga berdampak pada gangguan bicara. Salah satunya adalah cadel.
Gangguan di wilayah mulut : Gangguan ini disebabkan adanya kelainan pada organ-organ di mulut (langit-langit, lidah, bibir, rahang, dan lain-lain). Misal, bibir sumbing, langit-langitnya terlalu tinggi, lidah yang terlalu pendek, rahang yang terlalu lebar, terlalu sempit, atau memiliki bentuk yang tidak proporsional. Namun umumnya kelainan pada organ mulut ini sangat jarang terjadi.
Solusinya : Tergantung dari berat tidaknya gangguan yang ada. Bila penyebabnya termasuk katagori berat, maksudnya penyakitnya tak dapat disembuhkan atau kelainan organnya tak dapat dikoreksi, maka bisa menjadi cadel yang menetap. Namun bila tergolong ringan, maka cadelnya tidak menetap.

Faktor lingkungan.
Misal, karena meniru orangtuanya. Banyak orangtua yang menanggapi cadel anaknya dengan kecadelan pula. Seperti yang telah saya uraikan di atas Akibatnya, malah bisa membuat anak terus berbicara cadel. Padahal saat anak belajar berbicara, ia bisa mengucapkan suatu kata tertentu karena meniru. Nah, kalau orangtua atau orang-orang yang berada di lingkungan terdekatnya berkata cadel, ia akan berpikir, itulah yang benar. Jadilah ia cadel sungguhan.
Solusi : Sudah saya bahas dalam pencegahan cadel. Namun, perlu diingat bahwa mengajarinya untuk tidak cadel jangan sampai dipaksakan. Berikan penghargaan bila ia kembali mampu mengucapkannya dengan baik. Jika orangtua memang cadel, mintalah orang-orang yang berada di lingkungan terdekat untuk memberikan stimulasi kepada anak.

Faktor psikologis.
Contoh, untuk menarik perhatian orangtuanya karena kehadiran adik. Yang semula tidak cadel, tiba-tiba menjadi cadel karena mengikuti gaya berbicara adiknya.
Solusi : Tetap berikan perhatian kepadanya meskipun kita telah mempunyai baby baru. Selain itu, orangtua juga harus terus mengajak anak bicara dengan bahasa yang benar, jangan malah menirukan pelafalan yang tidak tepat.

Demikian dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat adanya. Jika ada kekeliruan mohon dikoreksi, karena saya baru belajar untuk menulis.

Wassalam….

Source : Nakita

Wednesday, July 25, 2007

Children's Sociality : Anti Pengasuh

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear All,
Setelah satu minggu, akhirnya saya bisa meluangkan waktu untuk meng-upload postingan baru masih berkutat di Children’s Sociality …he..he…sekali-kali ber-Inggris ria. Semua masih berkutat pada balita… maklum.. inspirasi saya berasal dari Nadia.. anak semata wayang kami yang banyak memberikan ide secara tidak langsung dari semua kegiatannya sehari-hari

Anti Pengasuh
Nadia pernah mengalami hal tersebut. Di saat-saat tertentu, dia benar-benar tidak mau diajak pengasuhnya, terutama pada hari Minggu. Memang pada hari tersebut dia tahu bahwa kedua orang tuanya libur. Mungkin sebagai kompensasi satu minggu ditinggal bekerja pada siang harinya, dia membutuhkan waktu 1 hari tersebut. Setelah kami amati, ternyata banyak juga terjadi pada anak-anak lain di lingkungan kami yang umumnya diakibatkan oleh :

Meminta perhatian orang tua
Seperti yang telah saya ulas di atas, perasaan anti pengasuh tersebut merupakan pelampiasan diri untuk meminta perhatian orang tua. Jangan pernah berpikir bahwa balita tidak mempunyai perasaan yang sama dengan kita.
Solusi : sisihkan waktu luang untuk putra-putri kita seperti yang diinginkannya, sehingga terjalin komunikasi antar orang tua dan anak

Belajar Mandiri
Terkadang di saat usia dini, balita bisa saja melakukan hal-hal yang belum waktunya. Misalnya memilih sepatu. Nah, seandainya dia anti pengasuh, mungkin hal ini disebabkan oleh perkembangan sosial dengan lingkungannya. Dia mungkin ingin mandiri, tanpa bantuan pengasuh untuk melakukan hal-hal baru. Tahap perkembangan ini sering disebut tahap initiative versus guilt (ini menurut teori perkembangan psikososial Erikson). Jangan khawatir saat dia mulai belajar mandiri. Biarkan dia bereksplorasi dengan imajinya, karena hal tersebut akan membuatnya percaya diri. Nah efek yang ditimbulkan adalah rasa anti pengasuh ini, karena dia merasa bisa. Terkadang juga disertai emosi yang meledak-ledak.
Solusi : Kita ajarkan sedikit demi sedikit mengontrol emosi pada balita kita. Tunjukkan cara berinteraksi dengan orang lain tanpa mendahulukan emosi. Ini yang terpenting untuk membentuk karakter anak kita. Pupuklah kepercayaan diri apada anak kita

Meniru
Mungkin juga perasaan anti pengasuhnya adalah meniru sesuatu yang pernah dilihatnya, terutama dari TV (baca lagi postingan sebelumnya Sang Monster dan si Kecil). Pengasuh kita mungkin sering meluangkan waktunya untuk mengasuh sambil menonton sinetron di TV. Nah, salah satu pengaruhnya mungkin saja dia meniru adegan di TV tersebut. Yang dikhawatirkan jika rasa anti pengasuhnya disebabkan kebiasaan meniru ini. Bukannya saya apriori dengan sinetron sekarang, tapi hampir 70% mengeksplorasi emosi yang berlebihan, dari mulai mengumpat, berperilaku jahat, judes, mau menang sendiri dsb
Solusi : Baca kembali postingan Monster dan si Kecil tsb. Kita juga wajib memberikan contoh-contoh yang baik yang bisa ditiru untuk berinteraksi dengan sosial.

Anti karena sifat pengasuh
Seperti kita ketahui bahwa manusia mempunyai watak yang berbeda-beda, demikian juga pengasuh anak kita. Mungkin saja ada pengasuh yang tidak sabaran, mudah emosi dan mudah berkata kasar. Nah akibat yang jelas pastilah dia akan anti dengan pengasuhnya karena di saat dia membutuhkan perhatian, malah mendapatkan perlakuan kasar. Akibat yang lebih parah adalah jika anak kita juga meniru kata-kata yang diucapkan pengasuhnya tersebut. Ini yang perlu kita waspadai.
Solusi : Ajak pengasuh kita berbicara dengan suasana santai. Buatlah kesepakatan dengan dia tentang hal-hal yang boleh dilakukan dan sebaliknya. Terangkan tentang psikologi anak dengan bahasa yang mudah dipahaminya. Bahwa mengasuh anak tidak boleh dengan kekerasan. Jika masih dilakukan oleh pengasuh, berikan tindakan tegas yang mungkin membuatnya jera… jika tidak, cari lagi pengasuh yang lain yang bisa berinteraksi dengan anak sesuai dengan keinginan kita.

Tumbuhkan kepercayaan diri anak
Jika anak sudah mencapai fase anti pengasuh tersebut, tugas kita adalah menumbuhkan kepercayaan dirinya. Meskipun kita mampu mandiri, namun semua tidak terlepas hubungan korelasi kita dengan lingkungan. Baca lagi postingan ini. Kita adalah makhluk sosial yang harus mau berhubungan dengan orang lain. Bagi anak kita, pasti dengan pengasuhnya. Tumbuhkan kepercayaannya akan peran pengasuh dan buat bahwa di bawah pengawasan pengasuh, si kecil akan aman… ini pun dengan syarat kita sudah mengetahui karakter pengasuh tersebut.

Demikian dulu postingan saya yang agak panjang lebar, semoga bermanfaat adanya.

Wassalam….

Source : Nakita

Thursday, July 19, 2007

Membimbing anak dalam korelasi dengan lingkungan

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear All,
Lama tidak membuat postingan yang baru sepertinya ada yang kurang … Mohon maaf bagi para sahabat yang berkunjung namun tidak mendapatkan hal-hal yang baru di sini. Disebabkan oleh kesibukan kami tuk mencari sesuap nasi ..walah bombastis .. sehingga sedikit banyak mengurangi kegiatan saya untuk mengarungi dunia maya…Untuk kali ini akan saya kemukakan suatu hal yang bisa menjadi patokan bagi kita semua, akan menjadi apa nantinya buah hati kita…
Kita tahu bahwa anak kita adalah titipan Illahi yang harus dijaga sebaik mungkin. Kita berikan pendidikan yang layak, kita bimbing dia untuk menyongsong dunia. Ya, karakter anak-anak kita pasti berbeda dari satu dengan yang lain. Ada yang berkarakter keras, mudah marah, mudah tersinggung, ada yang lemah lembut dan ada pula yang angin-anginan. Tetapi itu semua bisa kita arahkan mulai dari kecil dengan cara membimbingnya, karena pendidikan pertama adalah dari keluarga. Pada dasarnya, bimbingan yang kita berikan ada tiga macam yaitu bimbingan Koersif, Permisif dan Dialogis. Tiga hal inilah yang nantinya akan berperan besar pada karakter anak untuk berkorelasi dengan lingkungannya (meskipun tidak menutup karakter dasar wataknya). Kita tinggal memilih, cara mana yang akan kita berikan pada buah hati kita.

Koersif
Cara ini berlatar belakang dari Pujian dan Hukuman. Kita memberikan pujian pada saat kita anggap melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan kita sebagai orang tua dan sebaliknya kita berikan hukuman jika melenceng dari kehendak kita. Hal ini ada dampak positif dan negatifnya. Positif : dia tahu hal yang baik dan buruk. Negatif : Dia akan selalu mencari perhatian dari lingkungannya. Selalu ingin "be the one". Akibat yang ditimbulkan dari pola ini adalah
  • Berkurangnya daya kritis anak atas segala sesuatu. Pola berpikirnya terobsesi pada pikiran orang tuanya.
  • Korelasi lingkungannya akan sangat buruk, karena sebagai si Pencari perhatian, dia ingin show up apa yang dimilikinya. Dia akan menjadi superior di luar rumah, tetapi kurang bisa berinteraksi dengan temannya.
  • Menjadi anak mama di rumah karena harus menuruti perintah orang tua, jadi di benaknya, keinginan orang tua adalah segalanya.
Permisif
Pola ini berkebalikan dari Koersif. Orang tua menyerahkan segalanya kepada anak dengan anggapan dia akan bebas mengekspresikan semuanya agar bisa mandiri dan sebagai orang tua akan memaafkan segala hal yang diperbuatnya meskipun itu salah. Ini adalah pola kemandirian yang salah diterapkan. Anak diberikan kebebasan yang seluas-luasnya namun berakibat akan merasa tidak diperhatikan. Hasilnya akan kurang lebih sama dengan Pola Koersif.

Dialogis
Pola ini adalah yang terbaik. Kita harus mengetahui batasan untuk melarang dan batasan untuk memberinya kebebasan. Ada saat kita memberikan hukuman namun di saat yang lain kita harus menghargai tindakannya. Kita tunjukkan dengan mengajaknya berbicara tentang sesuatu disertai alasan-alasan yang masuk akal. Semua yang dilakukan itu pasti ada sebab akibatnya. Dilarang begini karena nanti bisa seperti itu. Boleh seperti ini karena itu adalah hal yang baik dsb. Kita pancing si Kecil untuk berpendapat atau menanyakan sesuatu tentang hal yang dibicarakan. Ajarkan pengertian akan pendapat orang lain sehingga dia akan belajar dihargai dan menghargai.

Niscaya dengan pola ini si anak akan menjadi orang yang jujur, kritis namun bertanggung jawab dalam korelasi lingkungannya. Sekarang tinggal kita bertanya pada masing-masing, pola bimbingan mana yang kita berikan pada si Kecil selama ini. Seandainya dua pola pertama, ada baiknya mari segera kita ubah sebelum terlambat.

Wassalam….

Thursday, July 12, 2007

Sang “Monster" dan Si Kecil

Assalamu ‘alaikum

Dear all,

Postingan kali ini saya mengambil judul seperti dari negeri Dongeng. Monster ? Wow, dari judulnya pembaca semua pasti sudah menebak kalau sebutan tadi digunakan untuk Raksasa besar yang menyeramkan dan menakutkan… Bisa jadi definisi tersebut benar meskipun tidak semuanya…. Karena monster di sini saya ambil untuk menambah bombastis postingan saya.. walah… ternyata…..
Monster yang akan saya bahas di sini adalah satu benda di sekitar kita (bahkan mungkin milik kita) yang disebut televisi atau kita singkat menyebutnya TV. TV merupakan alat pemuas dahaga kita akan informasi (tujuan utamanya sih…)

Monster
Kalau dari awal kita sebut raksasa benar adanya, karena

  1. Siaran TV bisa menjangkau ke seluruh daerah atau bahkan dunia
  2. TV merupakan jaringan bisnis yang menggiurkan bagi para pemilik modal … coba saja tanyakan kepada orang-orang yang bekerja sebagai broadcaster, berapa biaya satu iklan yang ditayangkan lewat TV per detiknya
  3. TV mempengaruhi massa dalam waktu yang cepat, lama ataupun tidak terasa.. ( Ini yang akan saya bahas di postingan kali ini)

Menyeramkan dan menakutkan
Ya, disadari atau tidak, TV merupakan monster yang mengancam bagi jiwa manusia. Terutama bagi kita para orang tua yang bekerja di siang hari kemudian di malam hari (saat anak kita tidur) kita baru pulang. Niscaya waktu malam tersebut kita akan disuguhi tayangan Sinetron (yang kebanyakan hanya mengejar rating…) dengan cerita yang dibuat-buat ataupun kacau balau, seperti Malin Kundang dengan Mercedesnya…. Kesannya sih biar modern, tapi apa daya (menurut saya lho..) malah mematikan cerita itu sendiri. Anda mungkin tidak mengetahui apa yang ditonton oleh anak kita di siang harinya saat kita bekerja.
Pembaca semua mungkin pernah melihat berita, berapa anak yang meninggal akibat menjadi korban temannya yang di”smack down”. Berapa anak yang menjadi korban pencabulan teman, tetangga atau orang lain yang sama-sama di bawah umur. Belum lagi kita tidak menyadari bahwa anak-anak kita begitu fasih meniru adegan atau kata-kata dari TV. (Sinetron sekarang apalagi, yang menampilkan anak-anak kecil berperangai jahat dengan muka yang dibuat judas sebegitu rupa..hmmm)
Hal tersebut juga terjadi pada Nadia. Kami sebagai orang tua sempat kaget melihat Nadia begitu fasih menirukan satu tarian balet (diperagakan oleh anak kecil di salah satu iklan susu) dan sedikit syair Samson waktu dia masih berumur 1 tahun. Kami mulai berpikir, jangan-jangan ini karena pengaruh TV. (Untung dia masih menirukan hal-hal yang baik).
Kami benar-benar ketakutan pada saat itu, coba seandainya Nadia sudah mulai lancar bicara kemudian mengumpat ke kita dengan kata-kata kasar yang diperolehnya dari sinetron….. tidak bisa kami bayangkan naudzubillah.
Akhirnya perhatiannya kami alihkan untuk belajar seperti membaca dengan metode Glenn Doman, bermain huruf (yang dibuat dari puzzle foam), gambar-gambar hewan dan tulisan Hijaiyah.. Kalau dia mau melihat TV kami alihkan untuk memutar Video anak-anak yang berisi pelajaran membaca, menghitung dsb. Alhamdulillah upaya kami berhasil, Nadia hanya tersita perhatiannya untuk lagu, belajar dan bermain (permainannya kami upayakan yang ada unsure pendidikan). Sedikit pemaparan dari anak kami… Berlanjut ke hal berikutnya..

Solusi bagi TV Adicted

  1. Jauhkan TV dari anak-anak (sepertinya tidak mungkin dilakukan)
  2. Pilih acara yang sesuai dengan karakter anak (kartun dsb.. meskipun terkadang juga ada kartun yang kurang mendidik)
  3. Berikan kesempatan anak untuk bermain seluas-luasnya (dalam konteks permainan yang mengandung unsur edukasi seperti yang saya sebutkan di atas)
  4. Jika TV tidak bisa kita hindari, buatlah si kecil merasa”enjoy” dengan tayangan yang dia lihat. Enjoy di sini saya tegaskan bahwa acar “TV” kitalah yang memilihnya. Putarkan dia CD-CD pendidikan atau religi yang banyak diadopsi dengan permainan sehingga dia tidak bosan. Sekarang banyak CD pendidikan yang disponsori oleh susu. Itu salah satu contohnya. Biarkan dia bernyanyi, belajar dan berekspresi sesuai karakternya tanpa kita merasa khawatir akan akibat yang ditanggungnya.
  5. Jangan biarkan anak menonton TV tanpa didampingi ortu dan pengasuhnya. Berikan pengertian ke pengasuh akan acara yang layak ditonton oleh anak kita.
  6. Buatlah suasana rumah yang menyenangkan (bukan berarti harus mewah lho ya..) agar si kecil mau bermain tanpa harus teringat kepada TV.
Mungkin demikian dulu postingan kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu 'alaikum

Monday, July 9, 2007

Nadia n Candi Jonggrang


Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear all,
Minggu ini sebenarnya sudah ada postingan yang siap untuk di upload, hanya saja belum ada waktu untuk mengeditnya... jadi ya mendingan intermezo menampilkan gambar Nadia yang barusan diajak jalan-jalan ke Yogya n mampir ke Candi Prambanan atau yang sering orang sebut Candi Roro Jonggrang.
Candi ini dibangun di masa dinasti Rakai Pikatan...jaman Mataram Hindu kurang lebih abad 5 M (kalau salah mohon dikoreksi..) Bangunan candi tersebut sebenarnya tergolong megah, karena satu induk candi dikelilingi oleh candi-candi kecil yang bertebaran di sekelilingnya. Sayang.. candi-candi kecil tersebut sudah hancur dimakan jaman.... Bahkan di sebelah utara banyak sekali candi kecil yang oleh penduduk di situ disebut Candi sewu yang berarti Candi Seribu....
Apalagi setelah ada bencana gempa Yogya kemarin, Candi induk dan candi pengapit yang tadinya kekar dan kokoh berdiri, kini harus disangga oleh penopang . Pengunjung candi yang dulu ada foreignernya sekarang sama sekali tidak ada... Kitapun tidak bisa masuk untuk menikmati arca di dalam candi serta reliefnya karena sudah dipagar betis untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan... Sekali lagi sayang...
Untuk fotonya, Nadia berpose bersama keponakan kami sambil mengacungkan 2 jari yang dia artikan peace... damai....
Sekian intermezonya, lain kali disambung artikel parenting yang lain...

Wassalamu 'alaikum

Thursday, June 28, 2007

Efektifkah Mewarnai Gambar ?

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear all,

Mumpung baru rajin posting, kembali kami hadirkan tulisan sekedarnya untuk menambah pengetahuan kita sebagai orang tua untuk mendidik anak. Kalau yang kami sajikan hari kemarin adalah hal yang sedikit berat yaitu tentang penghitungan, hari ini kami sajikan tentang psikolog anak, yaitu kreatifitas menggambar.
Menggambar… satu hal yang saya yakin setiap anak pasti menyukainya. Tinggal hasilnya bagus atau tidak itu tergantung dari bakatnya. Kita wajib yakin bahwa anak kita masing-masing mempunyai kecerdasan tersendiri, baik di bidang matematika, gambar, lingkungan, komunikasi, musik dsb tergantung dari bakat masing-masing. Tugas kita adalah mengarahkannya untuk meraih cita-citanya sesuai dengan bakat dan minatnya…
Berlanjut ke postingan kali ini….

Sekarang ini banyak kita jumpai Buku mewarnai yang dijadikan acuan orang tua dan guru untuk mendidik anak dalam pelajaran menggambar. Disitu sudah tertera gambar dalam bingkai kosong yang mewajibkan si kecil untuk mewarnai. Kelihatannya selintas bagus untuk pendidikan, tapi jika kita lihat konsekuensinya sangatlah jauh dari harapan, yaitu :
Menghambat Imajinasi anak
Sejak anak masih kecil kita harus membiasakan anak untuk berimajinasi sendiri, meskipun terkadang lucu sekalipun. Biarkan dia berpikir sendiri tanpa kita memerintahnya. Dari imajinasi yang tertuang, kalau kita amati terkadang malah lebih “hidup” dan dia merasa dihargai. Dengan adanya buku mewarnai, si kecil “dilatih” untuk mengendorkan kecerdasannya dalam berimajinasi. Dia hanya diwajibkan mengisi warna pada pola yang ada. Ini pun terkadang ada campur tangan dari ortu atau pengasuh. Pada saat dia memegang crayon orange untuk mewarnai daun, kita berseru…”Lho.. harusnya yang warna hijau dik…”
Mengajari anak untuk minder
Dari ilustrasi di atas, bisa saja lambat laun membuat anak minder. Jika hal ini terjadi terus, dikhawatirkan si anak akan merasa apa yang dilakukannya salah dan serba salah. Coba seandainya ini berlangsung terus sampai dia dewasa, saya yakin si kecil tidak akan bisa mandiri dengan pikirannya Padahal sekarang ini banyak tanaman hias yang “keluar” dari pakemnya. Banyak yang satu tanaman bisa mempunyai lebih dari satu warna daun bukan hanya hijau.
Memenuhi kewajiban sekolah
Kalau si kecil sudah usia sekolah, Lembar Kerja Siswa mewarnai tersebut di berikan gurunya untuk dikerjakan. Seandainya si kecil mewarnai buku tersebut, pastilah dia hanya mengerjakannya karena tuntutan tugas dari sekolah. Ini yang berbahaya, sebab tidak ada “willing” atau kemauan dari dirinya untuk berkreasi sebik mungkin.

Tugas Orang tua
Kita sebagai orang tua wajib untuk memantau perkembangan anak meskipun hanya mempunyai sedikit waktu untuk itu. Berikan perhatian pada dirinya sehingga dia merasa kita selalu mendukung apa yang dilakukannya. Tugas kita di sini tinggal mengarahkan ke mana dia akan menuju.
Dalam hal menggambar, biarkan si kecil berkreasi dan berimajinasi. Tugas kita adalah memberikan dia perlengkapan yang dibutuhkan. Kertas, crayon, pensil warna atau misalnya anak kita berbakat bisa saj kita belikan alat-alat melukis. Mungkin kita tidak harus mendiktenya, tapi memberikan contoh gambar yang baik. Pertama kali biarkan dia berimajinasi dengan gambar benang ruwetnya. Kalau ditanya pasti dia akan memberikan kita kesan-kesan yang lucu. Seperti saat Nadia menggambar dan aku tanya hasilnya, dia berkata pesawat… padahal hasil gambarannya tidak ada satu pun yang menunjukkan bahwa itu adalah pesawat. Sedikit demi sedikit, saat dia sudah mengenal lingkungannya, saya perkenalkan berbagai macam obyek baru baginya. Khusus kami belikan gambar-gambar hewan, buah-buahan dsb. Dari sini, imajinasinya akan terasah bahwa pesawat ternyata seperti itu…. Dsb.

Kita harus menyesuaikan tingkat kesulitan obyek yang kita berikan pada si kecil, jangan memaksanya untuk menggambar sesuai dengan obyek yang ada. Sedikit demi sedikit kita bisa meningkatkan kemampuannya. Anda sebagai orang tuanya pasti lebih tahu kapasitas anak kita masing-masing.

Demikian dulu postingan kali ini, semoga bermanfaat …. And see you in next articles..

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Source : Nakita

Metode Horisontal II



Assalamu 'alaikum Wr.Wb.

Dear all,

Setelah sekian lama akhirnya saya punya waktu tuk posting lanjutan dari yang kemarin yaitu Metode Metris. Tampilan di bawah ini saya dapatkan dari "Seminar Metris : Lompatan Besar dalam sempoa termutakhir hitung cepat dan Smart" yang isinya hanya saya ambil sebagian untuk mengisi postingan kali ini. Saya harapkan semoga bisa berguna bagi kita para orang tua untuk membantu anak kita menguasai matematika terutama dalam hal berhitung.

Dalam postingan kemari sudah sedikit saya bahas dua hal yaitu Metode Vertikal dan Metode Horisontal. Untuk kali ini saya tambahkan beberapa contoh penghitungan dengan dua metode tersebut.

1. Metode Vertikal

Contoh soal perkalian kwadrat yang akan dipecahkan adalah bilangan puluhan di mana salah satunya mempunyai angka lima baik itu satuan ataupun puluhan.

a.85^2=__

85

85

---- x

Cara mengerjakannya adalah 5 x 5 = 25

8 x 5 = 40

8 x 5 = 40

8 x 8 = 64

Hasil terakhir ditambahkan hasilnya adalah 7225


b.57^2= 57

57

---- x

7 x 7 = 49

5 x 7 = 35

5 x 7 = 35

5 x 5 = 25

---- +

3249

Maaf model ini saya tulis begini karena waktu saya buat kebawah ternyata merusak konfigurasi html saya jadinya ya seperti ini saja… semoga bisa dipahami.

2. Metode Horisontal

Contoh soal perkalian kwadrat yang akan dipecahkan adalah bilangan puluhan di mana salah satunya mempunyai angka lima baik itu satuan ataupun puluhan dengan menggunakan portal matematik khusus.

a. Portal kwadrat model perkalian (a5)^2, yaitu

(a5)^2 = a.(a+1)I 25

soal: 85^2 = 8.(8+1)I 25 = 8.9 I 25 = 7225

b. Portal kwadrat model perkalian (5a)^2, yaitu

(5a)^2 = 25 + a I a^2

soal: 57^2 = 25 + 7 I 49 = 32 I 49 = 3249

Dari contoh 1 dan 2 dapat dilihat bahwa pemecahan soal dengan model perkalian kwadrat seperti di atas akan lebih cepat dan mudah apabila menggunakan metode horisontal dari pada metode vertikal. Hal ini disebabkan metode horisontal dapat membentuk model portal matematik yang membuat proses operasi aritmatik menjadi lebih efisien.

Kalau anda ingin lebih jelas masalah Metode Metris, bisa saja menghubungi langsung ke http://sigmetris.com (ikutan mromosiin nih), soalnya dia mempunyai hak paten yang nggak bisa digaggu gugat. Bagi pembaca yang berminat mau menghubungi ke situs tersebut.

Ok, see you soon n b here with another article...

Wassalamu 'alaikum Wr.Wb.


Thursday, June 21, 2007

Metode berhitung Metris (Metode Horisontal)

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Dear all,

Setelah memaparkan Metode Glenn Doman untuk anda orang tua yang mempunyai anak balita supaya jago dalam hal membaca, kini saatnya saya hadirkan kembali suatu metode pembelajaran anak untuk mengasah kemampuan berhitungnya. Metode kali ini juga saya dapatkan dari hasil surfing di dunia maya. Tetapi untuk sekarang ini mungkin belum bisa saya terapkan pada Nadia karena dia masih terlalu kecil, baru berusia 2 tahun. Mungkin jika sudah tiba saatnya akan saya gunakan juga untuk mengajarnya seperti Metode ini.

Latar Belakang Metode Metris atau Metode Horisontal

Kebanyakan kita selama ini selalu terpaku bahwa metode terbaik untuk berhitung adalah Sempoa. Ternyata dalam perkembangannya telah ditemukan suatu Metode baru yang mirip Sempoa yang oleh penggagasnya dinamakan Metode Metris atau Metode Horisontal. Metris awalnya digagas oleh Stephanus Ivan Goenawan, 32 tahun, dosen Fakultas Teknik Mesin, Unika Atma Jaya, Jakarta. Ivan tergerak menyusun Metris karena melihat keterbatasan metode lama, yang kita tahu bahwa metode lama selalu kita lakukan secara Vertikal. ”Metode itu hanya mengembangkan kemampuan analisis yang lebih meletakkan landasan kemampuan numeris dan logika pada siswa,” ujarnya. Alhasil, proses pengajaran dengan metode vertikal hanya mengembangkan kerja otak kiri saja. Sedangkan Metris bisa berfungsi untuk membentuk mental aritmatika yang merangsang kreativitas.
”Kedua metode sebenarnya saling bersinergi kalau diterapkan,” kata Ivan. Dengan menggunakan Metris, para siswa tak hanya mempunyai kemampuan numeris dan logika, tapi juga memiliki kepercayaan diri dan daya kreativitas tinggi.

Ketertarikan pada aritmatika pula yang membuat Ivan memilih kuliah di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Gadjah Mada. Enam tahun lalu, Ivan mulai merumuskan metode arimatika horizontal secara sistematis. Tonggaknya adalah artikelnya secara teoritis yang diterbitkan di jurnal internal Unika Atma Jaya. Metode yang masih bersifat teoretis itu sempat terbengkalai lantaran Ivan harus menyelesaikan studi S-2 di Institut Teknologi Bandung. Di Bandung pula ia beruntung berjumpa Alexander Agung, 28 tahun, sesama penggemar matematika. Bersama kawan kuliahnya itu ia menyusun modul praktis pengajaran Metris. pada 2005, begitu modul itu rampung, Ivan dan Alexander menggelar pelatihan bagi para guru SD dan SMP.

Sekilas metode ini mirip Sempoa, metode berhitung kuno yang menggunakan alat hitung dari Cina. Sempoa termasuk populer di Indonesia karena mengandalkan kecepatan berhitung. Menurut Alexander, Sempoa dan Metris memiliki kesamaan, yaitu mencapai tahap perhitungan mental aritmatika dan mengandalkan konsep asosiasi posisi. Bedanya, dalam Metris konsep asosiasi posisi dipelajari secara langsung dengan mengenalkan konsep asosiasi posisi dengan notasi pagar kepada para siswanya. ”Sempoa memiliki alur sendiri dan tak sama dengan pendidikan sekolah, sementara Metris disesuaikan dengan program pelajaran sekolah,” ujarnya.

Perbedaan yang lain, menurut Alex, Metris membuat anak bisa menjelaskan langkah yang diambil dengan memakai simbol matematika seperti yang digunakan di sekolah pada umumnya. Sedangkan Sempoa tidak. Sempoa, menurut Ivan, membuat anak cenderung individual dan lebih berorientasi pada hasil ketimbang proses.

Dengan Metode Metris atau Metode Horisontal ini, diharapkan anak tidak lagi menganggap Matematika sebagai momok baginya, tapi sebagai suatu permasalahan yang menantang untuk bisa diselesaikan, sehingga menguji mental anak-anak kita untuk selalu berjiwa berani dalam menghadapi semua permasalahan.

Demikian postingan kali ini untuk selanjutnya akan saya paparkan sedikit demi sedikit cara Metode Metris atau Metode Horisontal ini.

Wassalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Source : Tempo, Senin 4-10 Desember 2006

Thursday, June 14, 2007

Mengajar anak membaca dengan Metode Glenn Doman (part II)


Assalamu 'alaikum

Dear All,
Hari ini mumpung masih belum banyak pekerjaan, ada baiknya saya lanjutkan postingan untuk Metode Glenn Doman. Kemarin ada komentar dari Mbak Ati di Singapore bahwa kita seakan-akan memaksakan anak untuk segera membaca dengan Metode ini. Seperti yang telah saya tuliskan sebelumnya, kita sebagai orang tua jangan sekali-kali memaksakan anak untuk selalu mengikuti kehendak kita agar supaya dia tidak merasa hidup terkekang. Kita wajib mengetahui kapan anak kita bisa diajak bermain, dan kapan dia kita arahkan untuk belajar.
Yang perlu kita ketahui dari Metode Glenn Doman ini adalah dua faktor sebagai berikut :

  1. Sikap dan pendekatan orang tua. Syarat terpenting adalah, bahwa diantara orang tua dan anak harus ada pendekatan yang menyenangkan, karena belajar membaca merupakan permainan yang bagus sekali. Biasakan anak membaca dengan suatu kegemaran.... bisa dibuat permainan menarik untuknya
  2. Membatasi waktu untuk melakukan permainan ini sehingga betul-betul singkat. Hentikan permainan ini sebelum anak itu sendiri ingin menghentikannya.
  3. Jangan pernah memaksa anak untuk belajar membaca tanpa kemauan dia sendiri. Alhamdulillah anak kami Nadia mempunyai kemauan yang besar untuk belajar. Bahkan, saat dia minta perhatian lebih dari kami (bapak, ibu dan pengasuhnya), Nadia selalu merengek untuk belajar, baik itu belajar membaca dengan aplikasi Glenn Doman maupun membaca huruf alphabet, bukan untuk bermain.. tentu hal ini aneh bagi kebanyakan anak.

Sekarang kita menginjak hal utama dari Metode Glenn Doman.

Ada dua cara untuk kita lakukan. Untuk posting kali ini saya mengambil sumber dari Kompas release tanggal 18 September 2005 (sudah lama ya?). Sedangkan persiapan pertama adalah sebagai berikut :

1. Untuk tahap pertama, orangtua harus mempersiapkan kertas karton kaku warna putih dan spidol besar yang ujungnya rata (selebar satu sentimeter) berwarna merah. Selain itu, juga spidol ukuran 0,5 sentimeter warna hitam. Kertas karton digunting-gunting sepanjang 60 sentimeter dengan lebar 15 sentimeter, sediakan pula yang selebar 12,5 sentimeter.

2. Tuliskan kata di atas guntingan kertas karton dengan huruf kecil (bukan kapital), huruf yang sederhana dan konsisten. Untuk tahap pertama, buatlah 15 kata di atas 15 lembar karton, dibagi menjadi tiga. Misalnya, lima lembar pertama adalah nama-nama anggota keluarga (set A), lalu lima lembar kedua bertuliskan nama-nama organ tubuh (set B), sedangkan lembar ketiga bertuliskan nama-nama bunga (set C). Yang jelas, gunakan nama-nama yang tidak asing bagi dia, terutama nama benda yang sering anak jumpai setiap hari. Dengan demikian, anak akan lebih mudah mengingatnya.

Sekarang kita mulai Tahap Pembelajaran

Pada hari pertama mengajar, orangtua hanya menunjukkan lima lembar pertama (set A) kepada anak dengan membacanya, tiga kali sehari. Pada hari kedua, tunjukkan dan bacakan set A dan set B, juga tiga kali sehari. Sementara pada hari ketiga, bacakan set A, B, dan C selama tiga kali sehari. Pada hari keempat, lakukan seperti hari ketiga. Ini dilakukan terus sampai kartu-kartu terbaca 15-25 kali. Perlu diingat bahwa urutan kata harus sama dari setiap setnya. Agar tidak terjadi kekeliruan, setiap kertas bisa diberi nomor di sebaliknya, sehingga waktu kita menunjukkannya kepada si kecil urutannya tetap sama. Misalnya :

Set A : 1. Bapak ; 2. Ibu; 3. Nadia; 4. Tante; 5. Nenek

Urutan set ini tidak boleh terbalik susunannya , jadi harus urut dari nomor 1 – 5, begitu juga dengan Set B, C dsb. Agar tidak keliru, urutannya sebaiknya diteruskan dengan no 6, 7 dst.... untuk Set B..........

Irene mengatakan, cara membacakan kartu-kartu itu relatif mudah. Susun lima lembar kartu dan hadapkan pada anak. Jadi urutan kertasnya adalah 5-4-3-2-1. Sekali lagi urutan kertasnya DARI BELAKANG (no 5 adalah terdepan). Ambil satu kartu dari belakang dan letakkan ke depan, begitu seterusnya sampai lima kata terbaca. Sebagai contoh : ambil kertas no 1 (dibelakang), tunjukkan tulisan (Bapak) ke si Kecil, kemudian no 4 dsb.

”Jangan ada penjelasan apa-apa tentang kata itu, cukup bacakan saja dengan cepat, tidak lebih dari satu detik per kartu. Jangan pula meminta anak mengulang kata-kata yang kita baca. Saat kita membaca kata itu, perhatikan wajah anak, lama-lama kita akan tahu kata mana yang disukai anak dan mana yang tidak,” ujarnya.

Setelah lima kata terbaca, orangtua bisa berhenti dan memeluk anak untuk menunjukkan kebahagiaan. Anak bisa memahami dan merasakan jika kegiatan itu membahagiakan orangtuanya.

Dengan cara ini, anak akan terpacu untuk “menghafal” kata-kata tersebut. Dalam jangka waktu singkat, dia akan hafal urutan kata tersebut. O, ya…. Jangan mengajari anak untuk menghafal huruf alphabet pada taraf awal ini, karena akan mengganggu stimulant otaknya. Nanti pada saat yang tepat bisa mulai kita ajarkan huruf-huruf tersebut.

Sekian dulu untuk kali ini, tunggu posting berikutnya…. Selamat mencobanya ... semoga bermanfaat dan berhasil guna...

Wassalam…..

Hamiseno



Source : Kompas, edisi 18 September 2005

Wednesday, June 13, 2007

Mengajar anak membaca dengan Metode Glenn Doman (Part I)


Assalamu 'alaikum

Dear all,

Thanks for visiting my private web. Seperti yang mamanya Tiara minta, di sini akan saya ulas tentang cara mengajar membaca anak pada usia dini dengan menggunakan Metode Glenn Doman. Mungkin ada yang setuju dan ada juga yang tidak, semuanya monggo, terserah sobat-sobat semua yang mempunyai anak balita. Yang jelas, untuk Nadia anak saya sudah saya berikan pembelajaran dengan metode ini dan Alhamdulillah sudah bisa membaca 20 kata dan hapal huruf alphabet dari A-Z pada usia 2 tahun ini. Padahal, saya memulai pengajaran dengan Metode Glenn doman ini pada saat usianya 20 bulan. Jadi selama 4 bulan kemarin, perkembangan anak saya demikian pesat.

Sebelum mengulas masalah cara mengajar anak untuk membaca dengan Metode Glenn Doman, ada baiknya saya bahas dulu latar belakang penemu metode tersebut yaitu Dr. Glenn Doman, seorang pendiri Institut yang menangani masalah pencapaian potensial manusia (The Institute for The Achievement of Human Potential) di Philadelphia dan memulai mempelopori penanganan cacat otak pada anak sejak tahun 1940. Glenn dengan institutnya telah dikenal sebagai pelopor dan berhasil dalam menangani masalah cacat otak anak. Menurutnya, otak anak, bahkan yang sudah dibedah hemisferektomi (dibuang setengah fisik otaknya) pun masih bisa mempunyai kemampuan sama dengan anak dengan otak utuh.

Perkembangan fisik otak yang sangat pesat terjadi pada saat bayi lahir hingga usia 18 bulan. Jika sewaktu lahir otak anak sudah sebesar 25 persen dari otak orang dewasa (sekitar 350 gram), pada usia 18 bulan otak anak berkembang dua kali lipatnya. Otak anak terus berkembang dan pada umur enam tahun sudah mencapai 90 persen dari berat otak orang dewasa. Otak anak akan mencapai perkembangan 100 persen pada umur 18 tahun (sekitar 1,4 kilogram).

Pada saat kelahiran, otak bayi mengandung 100 miliar sel aktif. Ahli neurobiologi dari Universitas California Berkeley, Carla Shatz, seperti dikutip majalah Time (Februari 1997) menyebutkan, terdapat pula satu triliun sel glia (perekat) yang membentuk semacam sarang untuk melindungi dan memberi makan sel aktif itu. Bahkan, menurut ahli psikologi dari Inggris, Tony Buzan, masing-masing sel aktif itu mampu membuat 20.000 sambungan yang berbeda dengan sel-sel lain.

Mengingat kemampuan otak pada anak luar biasa maka sebagai orangtua, kita harus mampu memberi rangsangan maksimal pada otak, terutama hingga usia 18 bulan. Jika tidak dirangsang, otak anak bisa menderita. Para peneliti dari Baylor College of Medicine pernah menemukan, otak anak akan mengecil 20-30 persen dari ukuran normal jika dia jarang diajak bermain atau disentuh. Praktisi Metode Glenn Doman, Irene F Mongkar, mengatakan, ”Otak anak sejak usia nol tahun, bahkan sejak dalam kandungan distimulus sehingga sel-sel otaknya berkembang dengan cepat. Makanya, ada anak berumur 2,5 tahun sudah bisa membaca buku,” ucap Irene yang pernah mengikuti kursus Better Baby di institut milik Doman.

Glenn banyak menulis buku dan pedoman bagi orang tua cara mengajar anaknya seperti 'How to teach your baby to read', 'How to teach your baby math', 'How to teach your baby to be physically superb'. Dan terutama buku best sellernya "How to give your baby encyclopedic knowledge". Dan dengan berbagai metode yang dia berikan, telah banyak orang tua yang berhasil membaca dan menghitung pada usia dini.

Dan ini benar adanya. Seperti postingan saya terdahulu, pernah ditayangkan di SCTV pada Liputan 6 pagi – dengan pembawa acara Bayu Sutiyono (sayang saya lupa tanggal tayangnya) dengan mengundang Irene F. Mongkar (Praktisi Metode Glenn Doman di Jakarta) dan salah satu anak didiknya (Dedy), di situ ditunjukkan bahwa anak tersebut (usia 2 tahun) sudah bisa membaca satu untaian kata sederhana seperti “bapak pergi ke kantor” ; “ibu pergi ke pasar” dsb, padahal berbicara pun dia belum begitu jelas. Melihat acara ini, saya benar-benar terperangah karena belum pernah saya mengetahui adanya suatu metode yang membantu anak untuk bisa membaca pada usia dini.

Untuk mengetahui Metode yang digunakan dalam mengajar anak membaca pada usia dini, akan saya tulis pada postingan berikutnya. Sabar dulu ya ...........

Wassalam
Hamiseno

Source : Liputan 6, Kompas dan IDI

My daughter : Nadia


Assalamu 'alaikum Wr. Wb.

Dear all,


Sekian lamanya saya mengurusi web untuk EMC maka sekarang waktunya saya untuk mulai menulis web pribadi saya dengan kata-kata yang berbeda... mungkin sedikit santun....
Waktu mulai menulis, saya bingung akan diposting apa ya web ini.. teringat anak saya yang baru nerumur 2 tahun bulan April kemarin maka untuk kesempatan kali ini ada baiknya saya perkenalkan dia pada semua.

Namanya Nadia, lengkapnya Nadiastuti Pradnya Paramita lahir pada tanggal 30 April 2005 sebagai seorang perempuan. Kami mengucapkan syukur Alhamdulillah atas karunia-Nya dan bersiap mengmban amanat yang diberikan pada kami. Sepanjang dua tahun ini, banyak hal yang lucu yang telah dilakukannya.
Pada saat umur3 bulan Nadia sudah bisa tengkurap. Usia6 bulan dia mulai merangkak dengan gaya yang lucu sekali. Saat umur 7 bulan dia mulai berbicara, meskipun belum lancar. Kami pikir dia akan bisa berjalan terlebih dulu dari pada berbicara. Ternyata tidak. Dia lebih pandai berbicara dari pada berjalan. Nadia baru bisa berjalan pada usia 14 bulan.

Dia anak yang aktif sekali... Soal menggambar (benang ruwet pasti)... sudah saya perkenalkan sejak umur 6 bulan. Saya belikan crayon untuk menggambar, dengan kertas. Tapi apa mau dikata, dia lebih suka menggambar di tembok ruang tamu.... akibatnya ruang tamu kami penuh dengan lukisannya. Segi positifnya, di umur 1,5 tahun, dia sudah mengetahui warna-warna yang bagi kita bukan warna dasar seperti oranye, ungu, metalik dsb.


O, ya ... pada waktu usia ini, tidak sengaja saya menonton Liputan 6 di SCTV tentang cara mendidik anak untuk bisa membaca secara cepat dengan Metode Glenn Doman. Karena saya hobby selancar di internet, maka secepatnya saya mencari informasi tentang metode tersebut. Akhirnya saya mendapatkannya.
Dengan metode Glenn Doman tersebut, saya ajarkan anak saya membaca dan Alhamdulillah dia sekarang sudah bisa mengerti 20 kata untuk dibaca. Demikian dulu postingan hari ini akan saya lanjutkan pada kesempatan berikutnya....

Wassalamu 'alaikum Wr.Wb.


Thursday, May 10, 2007

New publish with new template

Dear all,

After a long time times, we contacted you by new template which I get from http://isnaini.blogspot.com. He has many templates that you can download for yourself... Very interesting web-blog. Thank you Mr. Isnaini.

I also have blog for my own community in http://emc06.blogspot.com in Indonesia language which consists of motor touring interest. You can find a lot of stories there.. This web is previewed in first page on the Google search engine in category motor touring club Semarang... Many people visit us many time...

Just join and keep in touch with us...

See u there...

test template

Ini test template aja lho... jangan di pikirin...