Thursday, July 19, 2007

Membimbing anak dalam korelasi dengan lingkungan

Assalamu ‘alaikum Wr.Wb.

Dear All,
Lama tidak membuat postingan yang baru sepertinya ada yang kurang … Mohon maaf bagi para sahabat yang berkunjung namun tidak mendapatkan hal-hal yang baru di sini. Disebabkan oleh kesibukan kami tuk mencari sesuap nasi ..walah bombastis .. sehingga sedikit banyak mengurangi kegiatan saya untuk mengarungi dunia maya…Untuk kali ini akan saya kemukakan suatu hal yang bisa menjadi patokan bagi kita semua, akan menjadi apa nantinya buah hati kita…
Kita tahu bahwa anak kita adalah titipan Illahi yang harus dijaga sebaik mungkin. Kita berikan pendidikan yang layak, kita bimbing dia untuk menyongsong dunia. Ya, karakter anak-anak kita pasti berbeda dari satu dengan yang lain. Ada yang berkarakter keras, mudah marah, mudah tersinggung, ada yang lemah lembut dan ada pula yang angin-anginan. Tetapi itu semua bisa kita arahkan mulai dari kecil dengan cara membimbingnya, karena pendidikan pertama adalah dari keluarga. Pada dasarnya, bimbingan yang kita berikan ada tiga macam yaitu bimbingan Koersif, Permisif dan Dialogis. Tiga hal inilah yang nantinya akan berperan besar pada karakter anak untuk berkorelasi dengan lingkungannya (meskipun tidak menutup karakter dasar wataknya). Kita tinggal memilih, cara mana yang akan kita berikan pada buah hati kita.

Koersif
Cara ini berlatar belakang dari Pujian dan Hukuman. Kita memberikan pujian pada saat kita anggap melakukan hal-hal yang sesuai dengan keinginan kita sebagai orang tua dan sebaliknya kita berikan hukuman jika melenceng dari kehendak kita. Hal ini ada dampak positif dan negatifnya. Positif : dia tahu hal yang baik dan buruk. Negatif : Dia akan selalu mencari perhatian dari lingkungannya. Selalu ingin "be the one". Akibat yang ditimbulkan dari pola ini adalah
  • Berkurangnya daya kritis anak atas segala sesuatu. Pola berpikirnya terobsesi pada pikiran orang tuanya.
  • Korelasi lingkungannya akan sangat buruk, karena sebagai si Pencari perhatian, dia ingin show up apa yang dimilikinya. Dia akan menjadi superior di luar rumah, tetapi kurang bisa berinteraksi dengan temannya.
  • Menjadi anak mama di rumah karena harus menuruti perintah orang tua, jadi di benaknya, keinginan orang tua adalah segalanya.
Permisif
Pola ini berkebalikan dari Koersif. Orang tua menyerahkan segalanya kepada anak dengan anggapan dia akan bebas mengekspresikan semuanya agar bisa mandiri dan sebagai orang tua akan memaafkan segala hal yang diperbuatnya meskipun itu salah. Ini adalah pola kemandirian yang salah diterapkan. Anak diberikan kebebasan yang seluas-luasnya namun berakibat akan merasa tidak diperhatikan. Hasilnya akan kurang lebih sama dengan Pola Koersif.

Dialogis
Pola ini adalah yang terbaik. Kita harus mengetahui batasan untuk melarang dan batasan untuk memberinya kebebasan. Ada saat kita memberikan hukuman namun di saat yang lain kita harus menghargai tindakannya. Kita tunjukkan dengan mengajaknya berbicara tentang sesuatu disertai alasan-alasan yang masuk akal. Semua yang dilakukan itu pasti ada sebab akibatnya. Dilarang begini karena nanti bisa seperti itu. Boleh seperti ini karena itu adalah hal yang baik dsb. Kita pancing si Kecil untuk berpendapat atau menanyakan sesuatu tentang hal yang dibicarakan. Ajarkan pengertian akan pendapat orang lain sehingga dia akan belajar dihargai dan menghargai.

Niscaya dengan pola ini si anak akan menjadi orang yang jujur, kritis namun bertanggung jawab dalam korelasi lingkungannya. Sekarang tinggal kita bertanya pada masing-masing, pola bimbingan mana yang kita berikan pada si Kecil selama ini. Seandainya dua pola pertama, ada baiknya mari segera kita ubah sebelum terlambat.

Wassalam….

2 comments:

Ipoet said...

Kelak, jika Iko sudah memiliki anak,.. akan dicoba resepnya ini... ^_^

Tongkat Ajimat Madura said...

sip deh coba dilaksanakan.
mantaf