Thursday, July 12, 2007

Sang “Monster" dan Si Kecil

Assalamu ‘alaikum

Dear all,

Postingan kali ini saya mengambil judul seperti dari negeri Dongeng. Monster ? Wow, dari judulnya pembaca semua pasti sudah menebak kalau sebutan tadi digunakan untuk Raksasa besar yang menyeramkan dan menakutkan… Bisa jadi definisi tersebut benar meskipun tidak semuanya…. Karena monster di sini saya ambil untuk menambah bombastis postingan saya.. walah… ternyata…..
Monster yang akan saya bahas di sini adalah satu benda di sekitar kita (bahkan mungkin milik kita) yang disebut televisi atau kita singkat menyebutnya TV. TV merupakan alat pemuas dahaga kita akan informasi (tujuan utamanya sih…)

Monster
Kalau dari awal kita sebut raksasa benar adanya, karena

  1. Siaran TV bisa menjangkau ke seluruh daerah atau bahkan dunia
  2. TV merupakan jaringan bisnis yang menggiurkan bagi para pemilik modal … coba saja tanyakan kepada orang-orang yang bekerja sebagai broadcaster, berapa biaya satu iklan yang ditayangkan lewat TV per detiknya
  3. TV mempengaruhi massa dalam waktu yang cepat, lama ataupun tidak terasa.. ( Ini yang akan saya bahas di postingan kali ini)

Menyeramkan dan menakutkan
Ya, disadari atau tidak, TV merupakan monster yang mengancam bagi jiwa manusia. Terutama bagi kita para orang tua yang bekerja di siang hari kemudian di malam hari (saat anak kita tidur) kita baru pulang. Niscaya waktu malam tersebut kita akan disuguhi tayangan Sinetron (yang kebanyakan hanya mengejar rating…) dengan cerita yang dibuat-buat ataupun kacau balau, seperti Malin Kundang dengan Mercedesnya…. Kesannya sih biar modern, tapi apa daya (menurut saya lho..) malah mematikan cerita itu sendiri. Anda mungkin tidak mengetahui apa yang ditonton oleh anak kita di siang harinya saat kita bekerja.
Pembaca semua mungkin pernah melihat berita, berapa anak yang meninggal akibat menjadi korban temannya yang di”smack down”. Berapa anak yang menjadi korban pencabulan teman, tetangga atau orang lain yang sama-sama di bawah umur. Belum lagi kita tidak menyadari bahwa anak-anak kita begitu fasih meniru adegan atau kata-kata dari TV. (Sinetron sekarang apalagi, yang menampilkan anak-anak kecil berperangai jahat dengan muka yang dibuat judas sebegitu rupa..hmmm)
Hal tersebut juga terjadi pada Nadia. Kami sebagai orang tua sempat kaget melihat Nadia begitu fasih menirukan satu tarian balet (diperagakan oleh anak kecil di salah satu iklan susu) dan sedikit syair Samson waktu dia masih berumur 1 tahun. Kami mulai berpikir, jangan-jangan ini karena pengaruh TV. (Untung dia masih menirukan hal-hal yang baik).
Kami benar-benar ketakutan pada saat itu, coba seandainya Nadia sudah mulai lancar bicara kemudian mengumpat ke kita dengan kata-kata kasar yang diperolehnya dari sinetron….. tidak bisa kami bayangkan naudzubillah.
Akhirnya perhatiannya kami alihkan untuk belajar seperti membaca dengan metode Glenn Doman, bermain huruf (yang dibuat dari puzzle foam), gambar-gambar hewan dan tulisan Hijaiyah.. Kalau dia mau melihat TV kami alihkan untuk memutar Video anak-anak yang berisi pelajaran membaca, menghitung dsb. Alhamdulillah upaya kami berhasil, Nadia hanya tersita perhatiannya untuk lagu, belajar dan bermain (permainannya kami upayakan yang ada unsure pendidikan). Sedikit pemaparan dari anak kami… Berlanjut ke hal berikutnya..

Solusi bagi TV Adicted

  1. Jauhkan TV dari anak-anak (sepertinya tidak mungkin dilakukan)
  2. Pilih acara yang sesuai dengan karakter anak (kartun dsb.. meskipun terkadang juga ada kartun yang kurang mendidik)
  3. Berikan kesempatan anak untuk bermain seluas-luasnya (dalam konteks permainan yang mengandung unsur edukasi seperti yang saya sebutkan di atas)
  4. Jika TV tidak bisa kita hindari, buatlah si kecil merasa”enjoy” dengan tayangan yang dia lihat. Enjoy di sini saya tegaskan bahwa acar “TV” kitalah yang memilihnya. Putarkan dia CD-CD pendidikan atau religi yang banyak diadopsi dengan permainan sehingga dia tidak bosan. Sekarang banyak CD pendidikan yang disponsori oleh susu. Itu salah satu contohnya. Biarkan dia bernyanyi, belajar dan berekspresi sesuai karakternya tanpa kita merasa khawatir akan akibat yang ditanggungnya.
  5. Jangan biarkan anak menonton TV tanpa didampingi ortu dan pengasuhnya. Berikan pengertian ke pengasuh akan acara yang layak ditonton oleh anak kita.
  6. Buatlah suasana rumah yang menyenangkan (bukan berarti harus mewah lho ya..) agar si kecil mau bermain tanpa harus teringat kepada TV.
Mungkin demikian dulu postingan kali ini semoga bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu 'alaikum

2 comments:

Cempluk Story said...

memang perlu bimbingan bagi si anak dalam menonton acara TV

Fitta Arsista said...

klo disini siaran tvnya alhamdulillah udah disaring loh..klo siang anas nonton Kids central semua ttg anak2 n pendidikan...jadi bener2 anak2 deh..tapi tetap orang tua mendampingi..kayak Inuyasha disini disiarinnya malam jam 10..pdhl kita di INA pagi2kan di indosiar..trus sinchan?disini gak ada hehheh...Jo aku link ya..biar inget ada dikaw hehhe..thanks ya..